Senin, 19 Januari 2015

Ketika Buah Hati Tak Kunjung Datang


Dalam mengarungi kehidupannya, manusia tidak bisa lepas dari cobaan. Diantar cobaan yang dihadapi manusia adalah Allah mentakdirkan sebagian manusia belum di karuniai keturunan. Ingatlah Allah berfirman:
Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptkan apa yang Dia kehendaki. Dia memberikan anak-anak perempuan siapa yang dikehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa) yang dikehendaki-Nya, dan Dia menjadikan mandul siapa yang dikendaki. Sesungguhnya Dia Maha mengetahui lagi Maha kuasa. (Qs. As Syuro : 49-50)
Begitulah sunatullah dan ketentuan-Nya. Sebab itu, tugas kita sebagai seorang muslim yang belum dikaruniai anak adalah menerima, sabar, dan mengharap pahala yang disertai dengan usaha agar mendapat buah hati. Kita tidak mengeluh dan membenci takdir Allah sebab kalu demikian kita akan rugi dua kali, tidak dapat pahala dan mungkin tidak mendapat keturunan selamanya! Berikut adalah untaian nasehat bagi pasutri yang belum dikaruniai anak. Semoga nasehat ini dapat mengobati kegundahan dan kegelisahan hati karena belum dikaruniai anak. Wallahul Muwaffiq.

Anak Adalah Perhiasannya Kehidupan Dunia
Keinginan mempunyai anak adalah perkara yang fitri (merupakan fitra insani). Bahkan itu merupakan kecintaan yang dibenarkan dan diatur oleh syariat. Anak adalah perhiasan dunia. Allah berfirman:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah lading. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). (Qs. Ali Imran : 14)
Allah Ta’ala juga berfirman:
Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi shalih adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan. (Qs. Al Kahfi : 46)
Imam Ibnu Katsri rahimahullah berkata,”Cinta kepada anak kadangkala hanya untuk kebanggaan dan sebagai perhiasan saja. Kadangpula, (seseorang) ingin punya anak tujuannya untuk memperbanyak keturunan, memperbanyak umat Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam, agar mereka menjadi generasi yang beribadah kepada Allah saja dan tidak menyekutukan-Nya, maka tujuan semacam ini adalah terpuji dan  baik.” (Tafsir Ibnu katsir 2/19)
Akan tetapi, hendaknya seorang muslim senantiasa mawas diri ketika sudah dikaruniai anak. Janganlah ia melalaikan amanat Allah. Pendidikan agama dan segala kebaikan yang dapat membentuk diri sang buah hati menjadi anak yang baik dan shalih harus diperhatikan pula. Jangan sampai anak malah menjadi boomerang dan fitnah (cobaan) bagi kedua orang tuanya. Allah berfirman:
Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaab (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar. (Qs. At Taghobun : 15)
Apabila tujuan punya anak hanya untuk berbangga-bangga tanpa memperhatikan pendidikan agama dan kebaikannya untuk menjadi anak shalih, maka ini adalah tercela dan tergolong lalai akan amanat Allah. Allah berfirman:
Bermegah-megahan telah melalaikan kamu. (Qs. At Takatsur : 1)
Yaitu (kegiatan) memperbanyak harta dan anak telah menyibukkan kalian, (kalian) berbangga-bangga dengannya. (lihat Fathul Qodir 5/488)

Butuh Kesabaran
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Permisalan seorang mukmin seperti tanaman, angin akan senantiasa menerpanya. Seorang mukmin itu akan senantiasa ditimpa cobaan.” (HR. Muslim 2809)
Ibnul Jazi rahimahullah berkata,”Dunia ini dijadikan tempat cobaan bagi manusia. Hendaknya orang berakal selalu melatih diri agar bersabar. Apa yang diraih manusia berupa keinginannya adalah kemurahan dari Allah, dan apa yang tidak di dapat merupakan asala dari tujuan dunia ini.” (lihat shoidul khothir hlm. 626)
Seorang muslim yang cerdas tidak terlarut dalam kesedihan. Dia harus bangkit menatap hari esok. Dia harus mempersiapkan diri menuju kampong yang kekal. Sebab itu, wahai wanita muslimah yang belum dikaruniai anak, hendaknya bersabar karena Allah akan melipatgandakan pahala orang-orang yang sabar ditimpa cobaan. Allah berfirman:
Katakanlah: “Hai hamba-hambaku yang beriman. Bertaqwalh kepada Rabbmu.” Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah pahala mereka yang dicukupkan tanpa batas.: (Qs. az Zumar : 10)
Apabila seorang hamba ditimpa musibah kemudian dia beriman kepada takdir dan bersabar serta mencari pahala maka kesedihan dan musibahnya akan terasa ringan. Dia akan mendapatka pahala yang sempurna, menjadi orang-orang yang mulia lagi utama. Itu adalah keutamaan Allah yang diberikan kepada siapa saja yang Dia kehendaki. (lihat ar Riyadh an Nadhiroh karya Syaikh as Sa’di hlm. 75)

Kiat-kiat Agar Segera Mendapatkan Buah Hati
Tidak ada cobaan kecuali ada jalan keluar. Demikian pula ujian belum dikaruniai anak,ada beberapa sebab yang bisa ditempuh. Kiat-kiat apa saja yang bisa dikerjakan oleh kedua pasangan yang merindukan buah hati? Diantaranya:
1.      Berdo’a
Do’a adalah perkara menakjubkan. Allah Ta’ala berfirman:
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah) bahwsanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo’a apabila ia memohon kepada-Ku. (Qs. al Baqoroh : 186)
Sebagai pelajaran, renungilah kisah Nabi Zakaria ‘alaihi sallam yang sudah berumur 90 tahun-dalam sebagian keterangan disebutkan bahwa beliau sudah berumur 120 tahun (lihat Fathul Qodir 1/388)-tetapi belum juga dikaruniai anak. Akan tetapi beliau tidak berputus asa dalam berdo’a kepada Allah untuk meminta keturunan. Allah mengisahkan:
Dan (ingatlah kisah) Zakaria, tatkala ia menyeru Rabbnya: “Ya Rabbi janganlah engkau menjadikan aku seorang diri dan Engkaulah waris yang baik.” (Qs. al Anbiya’ : 89)
Allah Ta’ala juga berfirman :
Di sanalah Zakaria berdo’a kepada Rabbnya seraya berkata,”Ya Rabbi, berilah aku dsari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha pendengar do’a.” (Qs. Ali Imran : 38)
Apa hasilnya? Allah melanjutkan firman-Nya:
Kemudian  Malaikat (Jibril) memanggil Zakaria sedang ia tenah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): “Sesungguhnya Allah menggembirakan kamu dengan kelahiran (seorang putramu) Yahya, yang membenarkan kalimat (yang datang) dari Allah, menjadi ikutan, menahan diri (dari hawa nafsu) dan seorang nabi dan keturunan orang-orang shalih.” (Qs. Ali Imran : 39)
Allah mengabulkan do’anya padahal usianya sudah lanjut bahkan isterinya berusia 98 tahun. (Lihat Fathul Qodir 1/388)
2.      Istighfar
Dalam istighfar terdapat manfaat dan faedah yang sanagt banyak. Istighfar melapangkan rezeki, memperbanyak keturunan, harta, dan sebagainya. Allah berfirman:
Maka Aku katakana kepada mereka: “Mohonlah ampun kepada Rabbmu, sesungguhnya Dia adalah Maha pengampun. Niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula didalamnya) untukmu sungai-sungai.” (Qs. Nuh : 10-12)
Imam Qurthubi rahimahullah menyebutkan dari Ibnu Subaih bahwasanya ada seseorang yang mengadukan musim paceklik kepada Hasan al Bashri rahimahullah, maka Hasan al Bashri berkata,”Istighfalah engkau kepada Allah”. Ada lagi yang mengadu bahwa dia miskin, Hasan al Bashri tetap menjawab,”Mintalah ampun kepada Allah.” Lain lagi orang yang ketiga, dia berkata,”Do’akanlah saya agar dikaruniai anak.” Hasan al bashri tetap menjawab,”Mintalh ampun kepada Allah.” Kemudian ada yang mengadu bahwa kebunnya kering. Hasan al Bashri tetap menjawab,”Mohonlah ampun kepada Allah.” Melihat hal itu Robi’ bin Subaih bertanya,”Tadi orang-orang datang kepada engkau untuk mengadukan berbagai permasalahan, dan engkau memerintahkan mereka semua agar bersitighfar, mengapa begitu?” Hasan al Bashri menjawab,”Aku tidak menjawab dari diriku pribadi (tetapi) karena Allah telah mengatakan dalam firman-Nya (dalam surat Nuh : 10-12 tersebut diatas.)” (Lihat Tafsir al Qurthubi 18/302, Ruhul Ma’ani 29/73, Fathul Baari 11/101).
3.      Ruqyah Syar’iyyah
Ruqyah artinya bacaan. Maksudnya adalah membacakan ayat al Qur’an atau dzikir-dzikir kepada orang yang sakit. Dalil akan bolehnya ruqyah adalah firman Allah:
Dan Kami turunkan dari al Qur’an suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al Qur’an itu tidaklah menambah kepada orang-orang zalim selain kerugian. (Qs. al Isro’ : 82)
4.      Minum Madu
Yang meunjukka madu sebagai obat adalah firman Allah:
Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Rabbmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-bena terdapat tanda (kebesaran Rabb) bagi orang-orang yang memikirkan. (Qs an Nahl : 69)
5.      Habbatussauda’
Habbatusauda’-atau yang lebih terkenal dengan nama jintan (jinten) hitam- mempunyai khasiat yang mujarab. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Sesungguhnya habbatusauda’ adalah obat bagi seluruh penyakit kecuali as samm. As samm adalah kematian.” (HR. Bukhari 5687 dan Muslim 2215)
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah berkata,”Pengobatan nabawi tidak sama seperti pengobatan ahli tabib yang lain karena pengobatan nabawi adalah sesuatu yang yakin dan pasti, yang bersumber dari wahyu ilahi, cahaya nabawi. Adapun pengobatan selainnya adalah terkaan, sangkaan, dan percobaan belaka. Dan tidak di ingkari pula oleh kebanyakan orang yang sakit akan manfaat pengobatan nabawi.” (lihat Zadul Ma’ad 4/33)
6.      Pengobatan Tradisional
Pengobatan Tradisional apabila terbukti dan tidak melanggar aturan syar’i-teruji secara medis dan tidak ada unsur haram yang melanggar aturan berobat dalam agama-maka bisa ditempuh.
7.      Konsultasi kepada para dokter
Dengan cara ini kita dapat mengetahui penyakit apa yang menimpa pasutri yang bisa menyebabkan tidak dikaruniai anak, dengan mengetahui sebabnya kita bisa meminta para dokter agar bagaimana cara pengobatannya. Allahu’alam.

Mereka Adalah Teladan Kita
Ketahuilah wahai saudaraku, engkau bukan satu-satunya orang yang belum dikaruniai anak. Bahkan para pendahulumu dari orang-orang yang shalih dan mempunyai keutamaan tidak mendapat keturunan hingga meninggal dunia. Dari kalangan para Nabi ada Yahya bin Zakaria dan Isa bin Maryam. (lihat fatwa Lajnah Da’imah 3/387 no 8844). Dari kalangan para isteri Nabi ada Aisyah radiyallahu’anha Ummul Mukminin. Dari kalangan wanita shalihah ada Asiyah isteri Fir’aun, Ummu Kultsum radiyallahu’anha putrid Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam dan yang lainnya. Apakah engkau akan selalu bersedih hati dan menderita karena belum mendapat keturunan padahal orang-orang yang lebih baik darimu juga mengalami nasib yang serupa?! Renungilah wahai saudaraku!. Tetaplah bersabar dan berdo’a. lakukanlah usaha untuk mendapatkan anak dengan cara-cara yang syar’i. janganlah engkau selalu bersedih. Di hadapanmu ada perkara yang lebih penting yaitu mempersiapkan bekal untuk menuju kampong akhirat. Wallahu’alam.

Abu Anisah bin Luqman al Atsari hafidzallah (penulis risalah ini) berkata,”Saya dalam menyusun tulisan ini banyak mendapat inspirasi dari sebuah risalah Rabbi La Tadzarni Farda wa Anta Khoir al Warisin  karya Syaikh Abdullah bin Abdurrahman ar Ruzaihi terbitan Darul Wathan.”
(Dinukil dari Majalah al Furqon edisi 11 tahun 8 Jumada Tsaniyah 1430 H hlm. 58-61 dengan sedikit penambahan dari saya)

Pekalongan, 29 Rabiul Awwal 1436 H


Saiful Abu Zuhri

2 komentar: