Sabtu, 28 Desember 2013

Raih Pahala Melimpah Dengan Smartphone


Dunia benar-benar telah berubah tanpa dapat dibendung dan dihadang. Perkembangan berbagai macam ilmu pengetahuan menyeruak dan kuat dalam kehidupan social dan keberagaman kultur masyarakat. Salah satunya dalam perkembangan teknologi dan informasi.
Dahulu pada zaman Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam seseorang yang ingin berhubungan dengan saudaranya yang jauh hanya bisa dilakukan lewat utusan yang dikirim. Itu pun membutuhkan waktu yang relatif lama. Denga berjalannnya waktu, sarana komunikasi terus berkembang menjadi kurir pos tradisional, menggunakan alat-alat tradisional dan sarana yang sederhana. Dan pembaharuan serta penemuan dalam bidang komunikasi telah membawa pos tradisional tersebut pada sistem modern yang ada sekarang.
Salah satu yang sedang booming adalah smartphone. Hamper tidak ada orang kecuali memiliki dan memanfaatkan alat satu ini untuk berbagai keperluan. Secara syar’I pun hukum asalnya sama sekali tidak bermasalah. Karena memang Allah ciptakan segala sesuatu di muka bumi ini untuk maslahat manusia.
Sampai pun itu berasal dari penemuan orang kafir. Rasulullah pun menggunakan dan memanfaatkan ilmu orang kafir dalam masalah duniawi untuk berbagai kemaslahatan. Banyak hal yang menunjukkan hal ini, diantaranya adalah kisah Anas bin Malik berikut ini: “Ketika Rasulullah ingin menulis surat ke Romawi, para sahabat mengatakan,’Orang-orang Romawi tidak membaca surat yang tidak berstempel.’ Maka Rasulullah membuat stempel yang terbuat dari perak. Seakan-akan aku melihat warnanya yang putih di tangan Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam. Ukirannya  bertuliskan ‘Muhammad utusan Allah.’ (HR. Bukhari dan Muslim)
Lihatlah bagaimana Rasulullah menggunakan ilmu orang kafir Romawi dalam masalah administrasi kenegaraan. Dimana administrasi Romawi pada saat itu tidak menerima surat resmi kecuali menggunakan stempel. Dan hal ini tidak digunakan oleh Bangsa Arab. Rasulullah pun tidak menolak hal ini, bahkan beliau segera menerima dan memanfaatkannya.
Dalam kisah lain. Sewaktu perang Ahzab, kaum kafir Quraisy yang merasa belum puas dengan peristiwa Uhud, merencanakan untuk berkoalisi dengan semua kabilah Arab guna menyerang kota Madinah. Akhirnya, pada tahun 5 Hijriyah kota Madinah pun diberondong dengan kekuatan multinasional Arab yang sangat besar. Melihat peta kekuatan, Rasulullah sangat berhatu-hati ketika mengambil sikap karena kekuatan yang memang tidak berimbang.
Beliau pun mengumpulkan sahabat dalam sebuah musyawarah. Dalam rapat tersebut Salman al-Farisi mengutarakan, bahwa diantara strategi perang bangsa Persia jika menghadapi lawan yang sangat kuat, mereka membuat benteng pertahanan yang menghalangi datangnya pasukan musuh dengan cara membuat parit dalam dan lebar. Perlu diketahui, bahwa zaman itu belum ada pesawat dan kendaraan perang yang tercanggih adalah kuda. Rasulullah pun menerimanya.
Lihat, bagaimana Rasulullah memanfaatkan strategi perang yang berasal dari bangsa penyembah api. Namun karena masalah duniawi, beliau terima dan gunakan.
Karena prinsip semacam inilah, maka beliau sama sekali tidak mempermasalahkan dari manakah ilmu duniawi ini berasal; apakah dari negeri kafir ataukah muslim. Dan ini semakin dibuktikan dengan barang-barang yang ada di zaman Rasulullah. Pakaian di zaman beliau yang terkenal dari bangsa Yaman, sedangkan Yaman saat itu adalah negeri ahli kitab.
Pedang yang terbagus pada zaman itu disebut dengan ‘muhannad’, artinya made in India. Karena memang peradaban India yang penyembah berhala lebih dahulu berkembang dibanding dengan Arab. Dan masih banyak lagi.
Demikian pula dengan berbagai penemuan modern saat ini, yang rata-rata memang berasal dari negeri kafir. Selagi penemuan tersebut dapat digunakan untuk kebaikan dan kemaslahatan maka tidak mengapa menggunakannya, bahkan memang terkadang disyariatkan untuk menggunakannya.
Contoh: pengeras suara untuk suara adzan dan kajian Islam.
Itu bukan hanya sekedar boleh, bahkan ada isyarat kuat dari Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bahwa hal itu diperintahkan. Lihat saja Rasulullah memilih muadzin, beliau pilih sahabat yang suaranya bagus dank keras.
Begitu pula dengan kajian, lihat bagaimana Rasulullah saat berkhutbah hari raya mendatangi kaum wanita yang berada di barisan belakang, karena mereka tidak bisa mendengarkan khutbah, sehingga butuh didatangi secara khusus. Lalu, jika sekarang ditemukan alat untuk mengeraskan suara, maka bukankah itu yang diharapkan? Bahkan menggunakan alat-alat dan penemuan modern termasuk kemaslahatan yang diperintahkan oleh agama kita yang mulia.
Saat membahas kaidah bahwa syariat Islam tidak memerintahkan melainkan dengan sebuah kemaslahatan dan tidak melarang melainkan kecuali dengan sebuah mafsadah, syaikh as Sa’do berkata,”Dari kaidah ini dipahami bahwa semua ilmu modern, berbagai penemuan terbaru yang membawa manfaat untuk kehidupan manusia dalam agama maupun dunia, adalah termasuk apa yang diperintahkan dan dicintai Allah dan RasulNya, dan termasuk diantara nikmat Allah.” (Al Qawa’id wa Ushul Jami’ah hlm. 12)

Bagaimana dengan Smartphone??
Smartphone pun demikian. Ala ini sebagaimana alat-alat lainnya pun bisa digunakan untuk kebaikan. Diantara manfaat-manfaat smartphone dalam rangka kebaikan adalah:
1.      Memperluas jaringan persahabatan (ukhuwah islamiyyah)
Persahabatan dan persaudaraan dalam islam adalah sesuatu yang sangat ditekankan. Islam memnganggap bahwa semua kaum muslimin adalah saudara. Dan pada zaman sekarang, Smartphone sangat membantu untuk tujuan yang mulia ini. Dimana seseorang tidak perlu mengeluarkan tenaga dan waktu untuk bisa saling berhubungan dengan saudaranya seislam. Hanya dengan menelphone, sms dan chatting maka tali persaudaraan dan persahabatan bisa saling terjaga.
2.      Memperkuat silahturahmi.
Silahturahmi yang berarti menyambung hubungan kekerabatan, mempunyai keutamaan yang sangat besar, diantara keutamaan silahturahmi Rasulullah menyebutkannya sebagai tanda keimanan seseorang. (HR. Bukhari Muslim). Bahkan Allah Ta’ala sendiri menjadikan silahturahmi sebagai salah satu perbuatan yang amat dicintaiNya, sebagaimana yang dikatakan Rasulullah lelaki khats’am yang datang dan bertanya tentang amalan yang paling dicintai oleh Allah. (Shahih Targhib 2522). Dan yang menjadi keniscayaan jika kita melihat keutamaan silahturahmi ini bahwa ia menjadi salah satu sebab masuknya seorang hamba ke surge. Abu Ayyub Al Anshari berkata: “Ada seseorang laki-laki badui yang menghadang perjalanan Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam dan memegang tali kekang unta beliau. Kemudian dia berkata: ‘Ya Rasulullah ceritakanlah kepadaku amalan yang dapat memasukan aku ke dalam surge dan menjauhkan aku dari neraka!’ Nabi shalallahu’alaihi wa sallam menjawab: “Engkau beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan sesuatu pun denganNya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menyambung tali silahturahmi.” (HR. Bukhari – Muslim)
Pada zaman dahulu silahturahmi hamper-hampir hanya bisa dilakukan dengan saling mengunjungi tempat kerabat kita melalui perjalanan yang cukup melelahkan dan memakan waktu. Nemun dengan nikmat smartphone sekarang, maka silahturahmi bisa dilakukan lebih sering dan mudah tanpa harus berkunjung ke tempat kerabat kita. Meskipun ini bukan berarti kita tidak perlu berkunjung (bertatap muka), tapi melihat kenyataan smartphone sangat membantu melakukan silaturahmi, terutama yang dipisahkan jarak dan sibuknya kegiatan.
3.      Belajar llmu agama
Pada zaman seperti ini (yang mana antara kebenaran dan kebatilan sudah amat samar), belajar ilmu agama merupakan sebuah kepastian, bagi yang menginginkan kesalamatan kehidupan dunia dan akhiratnya. Ternyata smartphone sangat bisa diandalkan untuk tujuan yang mulia ini.
Di zaman ini smartphone bukan sekedar alat komunikasi saja, tapi juga bisa digunakan untuk belajar ilmu agama. Dengan berbagai fitur yang terdapat padanya sehingga memudahkan kita menyimpan berbagai artikel bermanfaat, bahkan kitab. Begitu pula artikel konsultasi keagamaan dengan ustadz yang terpercaya ilmunya.
Juga berbagai fitur radio yang terdapat di smartphone sangat bisa digunakan untuk belajar ilmu agama lewat radio-radio islam yang tersebar di berbagai kota di nusantara.
Maka dari itu, gunakanlahbenda mungil ini untuk mempelajari dan mendalami ilmu agama dan hal bermanfaat lainnya.
4.      Berdakwah
Dan sebaliknya, bagi orang yang diberi amanat  ilmu oleh Allah, maka smartphone sangat bisa dimanfaatkan sebagai media berdakwah. Baik lewat sms center, atau menjawab konsultasi keagamaan, baik secara langsung, SMS atau yang lainnya.[1]
5.      Mendengarkan murattal al-Qur’an.
Fitur audio yang terdapat dalam smartphone saat ini sangat memungkinkan untuk digunakan menyimpan file bacaan murattal al Qur’an dalam format Mp3. Maka dengan sangat mudah kita bisa mendengarkan alunan murattal al Qur’an dari para Qari nasional maupun internasional.
Semoga dengan hal itu hidup kita akan semakin  berkah karena semakin dekat dengan kitabullah dimanapun kita berada.

Saudaraku, berbagai manfaat smartphone yang bisa dimanfaatkan untuk berbuat kebajikan adalah salah satu nikmat Allah yang diturunkan kepada kaum muslimin di zaman ini. Karena itu pandai-pandailah mennggunakannya untuk kebajikan. Semoga dengan hal itu Allah berkenan memberikan nikmat lain dan menjaga nikmat ini sampai waktu yang lama bersama kita. Semoga Allah senantiasa menjaga kita semua untuk tetap teguh diatas jalanNya. Wallahu’alam.


Pekalongan, 24 Shafar 1435 H


Ditulis oleh Al Ustadz Ahmad sabiq-hafidzallah-
Ditulis kembali dengan sedikit editing oleh Saiful Abu Zuhri-hafidzallah-



[1] Biasanya para ikhwan menggunakan smartphone untuk berdakwah banyak yang melalui social network seperti facebook, twitter dan yang lainnya.

Minggu, 03 November 2013

Sifat Shalat Nabi Shalallahu'alaihi wa sallam


Sejarah Ringkas Abul Fida Ibnu Katsir 701-774/1302-1373 M




Kehidupan Beliau:
Al-Hafizh Ibnu Katsir dilahirkan pada permulaan abad kedelapan hijriyyah. Beliau mengisahkan sendiri dalam Al Bidayah, mengenang berbagai kejadian pada tahun 701: “pada masa itulah dilajirkan penulis buku ini(Al Bidayah), Ismail bin Umar bin Katsier Al-Qurasy Al-Bushrawi Asy-Syafi’I, semoga Allah memberikan ampunan kepadanya.”

       Kota kelahiran Ibnu Katsir adalah Mujaidil Al-Qaryah, masih termasuk wilayah Bushra, di Syam. Yakni kampung kelahiran ibunda beliau juga, Maryam binti Faraj bin Ali. Ayahnya sendiiri pernah menjabat sebagai khatib di kota tersebut. Ia sempat tinggal disana cukup lama sekali dalam kemakmuran, berkecukupan namun tetap rajin membaca. Ibnu katsir telah menceritakan kepada kami tentang nasab dan hal ihwal beliau, saat beliau mengenang wafat ayahandanya tahun 703: “Di kota itulah ayahku meninggal, Al-Khatib, Syihabuddien, Abu Hafsh, Umar bin katsier bin Dhawwin bin Dar’ Al-Qurasyi, dari (suku) Bani Haslah. Mereka dikenal sebagai orang-orang terhormat dan memilki nasab yang baik. Sebagian diantaranya sempat diketahui oleh Syaikh Al-Mizzi, dan beliau amat tertarik dan terkesan dengan nasab tersebut. Akhirnya karena hal itu beliau menuliskan nasab Al-Qurasyi pada nasabku.”kemudian Ibnu Katsir menyebutkan keluarganya sesudah itu sempat pindah ke Damaskus, untuk menemani saudara kandungnya Abdul wahhab pada tahun 707 H. Ibnu katsir menceritakan: “Ia saudara kandung kami, dan dia juga teman setia yang sayang kepada kami. Ia meninggal dunia di usia lanjut pada tahun 750-an. Melalui beliau aku banyak menimba ilmu. Dengan jasa beliau Allah memberikan kemudahan kepadaku untuk menuntut ilmu, dan melapangkan jalan yang terasa sulit bagiku.”
      Di Damaskus, Ibnu Katsir berjumpa dengan salah seorang ulama besar. Damaskus kala itu memang menjadi markas besar ilmu di dunia Islam. Di kota ini terdapat majelis-majelis hafalan Al-Qur’an, lembaga-lembaga pendidikan seperti sekolah-sekolah dan masjid-masjid. Ibnu Katsir banyak mengambil pelajaran dari pertemuaannya dengan tokoh-tokoh di masanya. Gurunya yang paling berpengaruh dalam kehidupan beliau dan dalam orientasi pemikiran beliau adalah Syaikh Al-Hafizh Abul Hajaj Al-Mizzi yang mengangkatnya sebagai menantu sehingga beliau bias menikahi putrinya, Zainab. Persahabatan dan hubungab dekat beliau dengan Al-Mizzi banyak member pengaruh yang jelas pada tulisan-tulisan beliau. Tak lama setelah perkenalan beliau dengan Al-Mizzi, beliau sudah menjadi tokoh ulama yang mensejajari tokoh-tokoh di Damaskus. Para murid berdatangan kepada beliau. Sebagaimana diceritakan oleh An-Nua’imi, beliau berhasil menjabat Syaikh di Ummu Shalih, setelah wafatnya Syaikh di lembaga pendidikan itu, yaitu Adz-Dzahabi (748 H). Beliau juga menjadi Syaikh di lembaga pendidikan itu, Syaikh Taqiyuddien As-Subki (683-756) H. Namun itu hanya berlangsung sebentar, jabatan itu kemudian diambil lagi dari beliau.
Ibnu Katsir memiliki empat orang putra: Umar (wafat 783 H), Ahmad (lahir 765, Wafat 801 H) dan Muhammad (lahir 759, dan wafat 803 H) dan Abdul Wahhab (lahir 767 dan wafat 840). Tiga anaknya yang pertama, diceritakan biografinya oleh Ibnu Hajar dalam kitab Inbaa-ul ghumur 2/75, 4/39, 321-322. Sementara tiga yang lain diceritakan oleh As-Sakhawi kitab Ad Dhau Al-Lamie’ pada tahun 1/243,7/138,5/98. Ahmad sendiri tidak dikenal sebagai ulama. Adapun anak-anak beliau yang lain, sempat mempelajari banyak riwayat, dan banyak juga ulama yang meriwayatkan hadits dari mereka. Muhammad sendiri sempat menulis sejarah berbagai hal yang terjadi di jamannya.
Berkaitan dengan aqidahnya, para ulama menyebutkan bahwa beliau adalah orang yang lurus pemahaman agamanya dan beraqidah salafi. Besar kemungkinan itu pengaruh dari persahabatan beliau sebelumnya dengan syaikh beliau, Abul Abbas Ahmad Ibnu Taimiyyah, juga karena beliau banyak belajar dari syaikh Al-Mizzi, yang juga mertuanya, serta guru-guru beliau yang lain, sehingga beliau dikenal dengan itu. Pernah juga terjadi konflik antara beliau dengan Burhanuddien Ibnu As-Syaikh Syamsuddin yang dikenal dengan Ibnul Qayyim (719-767) yang diceritakan oleh An-Nu’aimi: “Beliau memiliki jawaban-jawaban yang tidak terbantahkan lagi. Ibnu Qayyim juga pernah terlibat debat dengan Ibnu katsir dalam sebuah pertemuan. Ibnu katsir bertanya: “Apakah engkau membenciku karena aku seorang Asy’ari?” Ibnul Qayyim menjawab: “Kalaupun seandainya dari mulai kepalamu hingga telapak kakimu tumbuh sya’r (rambut), semua orang tetap tidak akan percaya bahwa engkau adalah Asy’ari. (lihat Ad Daaris 1/89). Di sini harus betul-betul dipahami ucapan Ibnu Katsir, bahwa ucapannya itu bukanlah pengakuan bahwa beliau beraqidah Asy’ariyyah. Artinya: “Saya tidak mendapatkan sebab kenapa engkau membenciku, kecuali persangkaanmu bahwa aku adalah Asy’ari!!!” Burhanuddin lalu menjawab: “Siapa yang menyangka engakau demikian?”
Adapun madzab beliau dalam fiqh, beliau bermadzab Syafi’iyyah. Nanti akan dijelaskan kepada pembaca, saat kita berbicara tentang tulisan-tulisan beliau.
Allah mewafatkan beliau pada bulan Sya’ban tahun 774 H, dan dikebumikan di pekuburan Ash Shufiyyah, di sisi Syaikh beliau Ibnu Taimiyah. Semoga Allah memberikan kepada beliau rahmat yang luas…
Para Guru Beliau:
Ilmu hadits lebih banyak mendominasi Ibnu Katsir.beliau telah banyak bertemu dengan para guru di bidang hadits. Oleh sebab itu berbagai tulisannya banyak berkutat seputar ilmu hadits dan ibarat distempel dengan ilmu hadits, meskipun tulisan-tulisan itu berkaitan dengan tafsir atau fiqh, sebagaimana akan kita jelaskan nanti saat memaparkan berbagai tulisan dan risalah beliau. Ibnu Hijji sendiri selaku murid beliau menggambarkannya: “Ia adalah orang yang paling hapal terhadap matan hadits yang pernah kami jumpa, paling mengerti takhrij-nya dan para perawinya, diantara yang shahih dan yang dha’if. Teman-teman seangkatan dan para guru-gurunya sudah mengakui hal itu. Ia dapat menyampaikan banyak hal tentang tafsir dan sejarah serta jarang sekali lupa. Ia seorang ahli fiqh dan berpemahaman baik, bagus agamanya, selalu menghidupkan malam hingga akhir waktu, memiliki kemampuan bahasa Arab yang bagus sekali dan pandai menggubah syair. Tak bisa kuhitung berapa kali aku berjumpa dan menemuinyadalam banyak waktu, aku selalu bisa mengambil ilmu darinya."


(Tulisan ini terhenti dikarenakan tulisan ini dulu aku menyalinnya dari buku salah seorang ikhwan di jogja, buku itu judulnya “Ringkasan Sirah Nabi” terjemahan pustaka at Tibyan dan sekarang aku tidak lagi tinggal di jogja, mudah-mudahan Allah memberikan kemudahan kepadaku untuk memiliki buku itu)

Jumat, 25 Oktober 2013

Tips Mencari Pekerjaan Sampingan



Kehidupan yang kompleks saat ini diperlukan sebuah ketrampilan lebih, apalagi kebutuhan hidup terus mendesak. Kerja kantoran atau mengandalkan gaji pegawai mungkin masih saja belum cukup, maka tidak sedikit diantara kita mencari penghasilan tambahan.

Mungkin Anda seorang pegawai dan belum mendapatkan penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, salah satu alternatif terbaik adalah mencari pekerjaa sampingan. Bahkan banyak diantara saudara kita menikmati hasil dari kerja sampingan dengan penghasilan lebih besar dari gaji tetapnya menjadi karyawan.

Akan tetapi hal ini sangat diperlukan keahlian dan kedisiplinan dalam pengelolaannya agar tidak terjadi benturan antara pekerjaan utama dengan pekerjaan sampingan.

Nah, pembaca pengusahamuslim.com, berikut ini kami akan membagikan sedikit tips agar pekerjaan sampingan Anda berjalan lancer tanpa harus mengesampingkan pekerjaan pokok.

1.      Cermat dalam memilih.
Namanya juga pekerjaan sampingan, Anda harus cermat dalam memilihnya sesuai dengan ketrampilan. Jangan memaksakan apa-apa yang Anda tidak menguasainya, sehingga waktu dan tenaga terbuang sia-sia. Contoh sederhana, jika Anda seorang mahasiswa yang berbakat mengajar tanpa mengganggu tugas kuliah, Anda bisa mencobanya menjadi guru privat, atau mengajar paruh waktu di sekolah-sekolah.
2.      Lebih utama mencari pekerjaan sampingan sesuai dengan pekerjaan utama, kalau bisa sesuai dengan hobi Anda.
3.      Cari waktu fleksibel, hindari bentrok dengan pekerjaan Anda. Jangan sampai Anda terbengkalai dan mendapat warning dari atasan. Ahsan, jujur kepada bos mengenai profesi sampingan yang Anda jalani. Yakinkan bahwa pekerjaan ini tidak mengganggu tugas sehari-hari. Disinilah Anda dituntut profesionalitas dalam pekerjaan.
4.      Menikmati pekerjaan sampingan
Apa jadinya jika pekerjaan sampingan mengganggu aktivitas sehari-hari Anda dan menyita sebagian besar tugas pokok. Pekerjaan sampingan memang butuh pengorbanan itu harus berbanding lurus dengan hasil tanpa mengesampingkan tugas pokok dan privasi Anda.

Diambil dan ditulis kembali oleh Saiful Abu Zuhri dari web pengusahamuslim.com


Pekalongan, 19 September 2013

Rabu, 16 Oktober 2013

Menguap Pun Ada Adabnya



Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa agama Islam telah sempurna. Tidak hanya mengurusi perkara-perkara yang besar, perkara-perkara kecil yang terkadang ‘dilupakan’ oleh sebagian kaum muslimin pun diperhatikan oleh Islam. Bukan hanya permasalahan Negara, aakidah, dakwah, dan ibadah saja yang dijelaskan oleh agama ini, namun hal ‘kecil’ seperti menguap pun ada adabnya, ada tuntunannya, dan sudah sepatutnya seorang muslim menaruh perhatian dengannya.
Orang yang menerapkan hal ‘kecil’ tersebut berarti telah menghidupkan sunnah Nabi shalallahu’alaihi wa sallam. Dan Allah akan melimpahkan pahala bagi siapa saja yang menghidupkan dan mengamalkan tuntunan NabiNya shalallahu’alaihi wa sallam.

Allah Membenci Menguap
Dalam sebuah hadits riwayat Al Bukhari, Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai bersin dan membenci menguap. Maka bila (seorang) bersin lalu memuji Allah (mengucapkan Alhamdulillah, Pen) maka menjadi haq bagi setiap muslim yang mendengarnya untuk menjawabnya (dengan menguapkan, yarhamukallah, Pen). Sedangkan menguap berasal dari setan, maka tolaklah semaksimal mungkin. Bila (seseorang) mengeluarkan suara, ‘haa’, maka setan benar-benar menertawakannya.”
Dari suatu hadits yang mulia ini-demikian pula hadits-hadits yang lain-kita mengetahui beberapa adab mulia yang harus diperhatikan oleh orang yang menguap. Berikut beberapa adab tersebut. Allahu al-Muwaffiq.

Adab-Adab Ketika Menguap
1.      Anjuran Untuk Menolak Menguap
Hal ini sebagaimana dalam hadits yang telah kita sajikan diatas bahwa menguap adalah dari setan. Maka itu kita dianjurkan untuk menolaknya semaksimal mungkin. Di hadits lain riwayat Muslim, Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Menguap itu dari setan, maka bila seorang dari kalian menguap hendaklah ia menolaknya semaksimal mungkin.”
Imam Nawawi rahimahullah berkata,”Ini sebagai peringatan untuk menjauhi sebab-sebab meunculnya menguap, yaitu makan terlalu banyak atau berlebih-lebihan.”(syarah shahih Muslim oleh An Nawawi)
Menguap Ketika Shalat
Demikian pula bila dirasa menguap tersebut akan datang kepada seorang yang sedang mengerjakan ibdah shalat, maka hendaklah ia lebih ekstra lagi dalam menolaknya. Sebab kondisi shalat lebih utama untuk dijaga daripada kondisi-kondisi lainnya. Dalam hal ini Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Bila seorang dari kalian menguap dalam shalatnya, maka hendaklah ia menahannya semaksimal mungkin, sebab setan bisa masuk.” (HR. Muslim)
Setan akan masuk? Hal ini tidaklah aneh bagi mukmin yang beriman, sebab setan benar-benar bisa masuk ke tubuh manusia. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya setan bisa berjalan pada (tubuh) manusia seperti mengalirnya darah. (HR. Bukhari-Muslim).
2.      Menutup Mulut dengan Tangan
Menutup mulut dengan tangan merupakan salah satu adab ketika menguap. Adapun diantara faedahnya: pertama, agar tidak terlihat pemandangan yang kurang sedap dari mulut orang yang menguap, kedua, agar setan tidak menertawakannya.
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim no. 2995, Nabi shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Bila seorang dari kalian menguap, hendaklah ia menutup mulutnya dengan tangan, sebab setan bisa masuk.”
3.      Tidak Mengucapkan ‘haa’.
Sebagaimana telah dijelaskan pada hadits diatas. Suara seperti ini dapat membuat setan tertawa. Ia akan menertawakan orang yang menguap dengan cara seperti ini. Tentu saja kita tidak ingin membuat setan tertawa lantaran merasa senang, girang dan menang.
4.      Tidak Mengangkat Suara Ketika Menguap.
Mengangkat suara ketika menguap termasuk adab yang tidak baik, tidak enak di dengar, dan dapat membuat orang lari menjauh.
Sebagian orang terkadang mengadngkat suara ketika menguap untuk membuat orang lain tertawa, dan dia bangga melakukannya. Ketahuilah! Itu adalah perbuatan yang tidak baik. Justru malah setan yang akan menertawakan dirinya. Maka itu, hendaklah ia meninggalkan menuguap dengan cara seperti itu.

Catatan Penting
1.      Tidak ada doa atau bacaan khusus ketika menguap.
Sebagian orang ada yang mengucapkan ta’awwudz[1] (a’udzubillahi minasy syaithonir rojim; aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk) setiap kali menguap. Hal ini merupakan kesalahan yang dapat kita lihat dari beberapa sisi:
~        Hal ini adalah ucapan atau doa yang tidak ada contohnya dari Nabi shalallahu’alihi wa sallam dan para sahabat. Bila itu baik,niscaya mereka jauh-jauh hari sudah mendahului kita dalam mengamalkannya.
~        Mengamalkan suatu amalan dan meyakininya termasuk agama yang tidak ada contohnya merupakan bid’ah (perkara baru dalam agama). Dan bid’ah itu wajib dijauhi.
~        Orang yang membaca doa ini telah meninggalkan sunnag Nabi shalallahu’alaihi wa sallam ketika menguap, yakni perintah untuk menolaknya sekuat tenaga dan menutup mulut dengan tangan.
2.      Setahu kami, tidak ada satupun keterangan dari Nabi shalallahu’alaihi wa sallam tentang tata cara menutup mulut dengan tangan.
Sebagian orang mengatakan bahwa caranya adalah dengan punggung tangan, bukan tangan bagian dalam. Maka itu kita katakana,”Tunjukannlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar.” (Qs. Al Baqoroh: 111)
Hendaklah orang yang berkata demikian bisa menunjukkan dalil dari hadits Rasulullah shalalallahu’alaihi wa sallam atau atsar sahabat yang dapat dijadikan hujjah. Bila ada dalil yang shahih maka kami terima. Bila tidak, maka janganlah kita berkata dalam agama tanpa ilmu yang nyata.[2]
Demikianlah beberapa adab ringan seputar menguap. Semoga bermanfaat dan dapat diamalkan. Allahu al Muwaffiq wallahu ta’ala a’lam.

Refrensi Penting:
1.      Shahih al Bukhari
2.      Shahih Muslim
3.      Mausu’ah al Adab al Islamiyyah, Abdul Aziz Asy Syalhub (terjemahan Indonesia Ensiklopedi Adab Islam terbitan pustaka Imam Syafi’i.
4.      Kitab al adab, Fuad bin Abdul Aziz Asy Syalhub (terjemahan Indonesia kitab Adab terbitan pustaka Griya Ilmu)
5.      Manzhumah Ushul al Fiqh wa Qowa’idhuha, Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah, dll.


Ditulis oleh Ustadz Abu Musa al Atsari dari majalah Adz Dzakhirah vol 8 edisi 65 hlm. 43-46.
Ditulis kembali dan sedikit penambahan oleh Saiful Abu Zuhri.



Pekalongan, Jum’at 23 Agustus 2013 M ketika bangun dari tidur dan banyak menguap sekalian mengamalkan risalah ini.



[1] Dahulu ketika saya sekolah di madrasah ibtida’iyyah guru kami disana mengajarkan hal seperti ini padahal hal ini tidak ada contohnya/tuntunannya. Allahumusta’an.
[2] Mungkin disini ditinjau dari segi ilmu kedokteran. Allahu’alam.

Kunci Selamat Dari Adzab Kubur yang Dahsyat








Kehidupan di dunia yang amat singkat ini adalah merupakan bagian dari perjalanan manusia yang amat panjang.
Meninggal dunia adalah perkara yang pasti. Setelah itu dilanjutkan dengan tinggalnya seseorang di alam kubur sampai tegaknya hari kiamat.
Dalam kubur, terdapat suatu adzab yang tersendiri, di antaranya yaitu pukulan yang dahsyat, himpitan tanah sampai tulang rusuknya berselisih, panas yang memenuhi ruang kuburnya, dan lain-lain sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits yang shahih.
Dalam masa penantian ini, tentu saja setiap orang menginginkan untuk selamat dari adzab yang ada dalam kuburnya. Semoga Allah melindungi kita semua dari adzab kubur.
Berikut ini adalah beberapa perkara yang dapat menyelamatkan seseorang dari adzab kubur, antara lain yaitu[1] :

1.      Membaca surat tabarak setiap malam.
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam :
Surat Tabarak adalah pelindung dari adzab kubur.” (Syaikh Albani berkata dalam Shahih al Jami’ush shaghir no. 3646,”Shahih”)
Dari Abdullah bin Mas’ud, beliau berkata: Barangsiapa yang membaca Tabarakalladzi Biyadihil Mulku setiap malam, maka Allah ta’ala akan menahannya disebabkan oleh bacaan tersebut dari adzab kubur. Kami pada masa Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam menamainya al-Mani’ah (penahan). Ia dalam kitabullah adalah sebuah surat yang barangsiapa yang membacanya dalam suatu malam, maka dia telah banyak dan berbuat baik. (shahih Targhib wa tarhib no. 1589, Syaikh Albani berkata,”Hasan”)
2.      Menjaga diri dari percikan air kencing.
Meninggalkan bersuci dari najis setelah buang air kecil dan tidak berhati-hati dengannya sehingga mengenai anggota badan atau pakaian adalah perkara terbanyak yang menyebabkan seseorang mendapatkan adzab kubur. Dalilnya adalah sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam:
“Kebanyakan adzab kubur itu adalah disebabkan oleh air kencing.” (Syaikh Albani berkata dalam Shahih Al Jami’ush shaghir no. 3971,”Shahih”)
Imam al Munawi berkata,”Maksudnya adalah bahwa kebanyakan adzab kubur itu adalah disebabkan oleh sikap meremehkan dalam menjaga dari air kencing.” (Faidhul Qadir syarh shahih Jami’ush Shaghir jilid 4 hlm. 299)
3.      Menajauhi perbuatan Namimah (mengadu domba).
Berlaku mengadu domba sesama manusia adalah termasuk sebab diadzabnya seseorang di alam kuburnya. Hal itu berdasarkan hadits berikut.
Dari Ibnu Abbas radiyallahu’anhu ia berkata: Nabi shalallahu’alahi wa sallam pernah melewati dua buah kuburan, lalu beliau bersabda,”Sesungguhnya keduanya sedang diadzab. Tidaklah keduanya diadzab disebabkan perkara yang (tampak) besar. Adapun salah satunya tidak bersuci ketika buang air kecil, sedangkan orang yang kedua adalah dahulunya berjalan dengan melakukan namimah (adu domba).” Kemudian beliau mengambil sebuah pelapa kurma yang masih basah, lalu beliau membelahnya menjadi dua bagian, lalu menancapkan pada masing-masing kuburan tersebut sebatang. Mereka (yaitu para sahabat) bertanya,”Wahai Rasulullah mengapa engaku melakukan hal itu?”. Beliau menjawab,”Semoga Adzab kubur itu diringankan atas keduanya selama kedua batang tersebut belum kering.” (HR. Bukhari no.218 dan Muslim no. 292)
4.      Meninggalkan perbuatan dan perkataan yang mengandung ghibah (menggunjing).
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam: “Sesungguhnya keduanya sedang diadzab, dan keduanya tidaklah diadzab disebabkan oleh perkara yang tampak besar, adapun salah satunya adalah diadzab disebabkan oleh air kencing, sedangkan yang kedua adalah diadzab disebabkan oleh ghibah.” (Syaikh Albani berkata dalam shahih Al Jami’ush shaghir no. 2441,”Shahih”).
Al Hafidzh Ibnu Rajab rahimahullah berkata,”Maksiat yang menyebabkan adzab pada hari kiamat ada dua macam, yaitu hak Allah dan hamba-hambaNya.
Perkara pertama yang diadili pada hari kiamat dari jenis hak-hak Allah adalah shalat[2], sedangkan dari jenis hak-hak hamba adalah masalah darah[3].
Adapun dialam barzakh, maka perkara yang diadili pertama kali adalah muqoddimah (pendahuluan) dari dua hak ini dan sarana-sarananya.
Jadi, muqoddimah shalat adalah bersuci dari hadats dan najis, sedangkan muqoddimah masalah darah adalah namimah (perbuatan mengadu domba) dan merendahkan kehormatan. Dua perkara ini adalah berupa gangguan yang paling ringan (dalam hal pelanggarannya), oleh karena itu perhitungan dan adzab di alam barzakh dimulai dengan keduanya.” (Ahwal al Qubur wa Ahliha an Nusyuur hlm. 89)
5.      Tidak berwasiat agar diadakan niyahah (ratapan) setelah meninggalnya.
Berwasiat kepada orang lain agar meratapi kematiannya adalah merupakan perbuatan yang diharamkan dan menyebabkan diadzabnya seseorang dalam kuburnya. Dalilnya adalah sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam:
Mayit (orang yang telah meninggal) itu diadzab di alam kuburnya disebabkan oleh ratapan atasnya.” (HR. Bukhari no. 1292 dan Muslim no. 927)
Imam al Baihaqi rahimahullah berkata,”Bab adzab kubur yang dikhawatirkan akan menimpa disebabkan oleh ratapan untuk mayit. Sebagian ahli ilmu berkata,”Hal itu apabila (orang yang meninggal dunia)  berwasiat agar diratapi setelah mati.” (Itsbaat adzab al Qobr, hal. 91)
6.      Selalu berada dalam keadaan suci ketika shalat
7.      Menolong orang yang terdzalimi
Kedua perkara ini (no.7 dan 8) berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam:
Ada seorang hamba diantara hamba-hamba Allah yang dipukul di kuburnya seratus cambukan. Ia terus menerus memohon dan berdoa agar pukulannya hanya satu kali saja, maka kuburnya pun menjadi penuh dengan api. Ketika telah diangkat dan tersadar, maka ia berkata,”Mengapa engkau memukulku?” Maka dijawab,”Sesungguhnya engkau pernah sholat sekali tanpa  bersuci dan engkau telah melewati orang yang terdzalimi, akan tetapi engkau tidak menolongnya.”(Shahih Targhib no. 2234, Syaikh Albani berkata,”Hasan Lighorihi”).
8.      Bersedekah.
Bersedekah adalah dapat menyelamatkan dari adzab kubur. Dalilnya adalah sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam:
Sesungguhnya sedekah itu benar-benar dapat memadamkan panasnya kubur dari orang yang menghuninya. Dan seorang mukmin itu hanyalah bernaung pada hari kiamat dibawah naungan sedekahnya.” (Ash Shahihah no. 3484)
9.      Amal-amal shalih seperti shalat, puasa, kebaikan, dan sebagainya.
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam:
Sesungguhnya mayat itu apabila diletakkan di dalam kuburnya, maka ia mendengar suara sandal-sandal mereka ketika mereka berpaling darinya. Apabila dia orang yang beriman, maka shalat itu berada disamping kepalanya, puasa berada disebelah kanannya, zakat berada disebelah kirinya, dan perbuatan baik seperti sedekah, shalat, perbuatan ma’ruf, perbuatan ihsan kepada manusia berada di kedua kakinya. Lalu didatangi dari arah kepalanya, maka shalat berkata,”Tidak ada jalan masuk dari arahku”. Lalu dating dari sebelah kanannya, maka puasa mengatakan,”Tidak ada jalan masuk dari arahku”. Kemudian didatangi dari sebelah kirinnya, maka zakat berkata,”Tidak ada jalan masuk dari arahku.” Lalu didatangi dari arah kedua kakinya, maka perbuatan baik yang berupa sedekah, shalat, perbuatan ma’ruf dan ihsan kepada manusia mengatakan,”Tidak ada jalan dari arahku.” Lalu dikatakan kepada orang tersebut,”Duduklah”……(Shahih Targhib no. 3561, Syaikh Albani berkata,”Hasan”).
10.  Membaca Al Qur’an.
11.  Berjalan menuju masjid.
Membaca al Qur’an dan melangkah menuju masjid untuk beribadah di dalamnya adalah perkara yang dapat menyelamatkan dari adzab kubur. Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam:
Seseorang didatangkan di dalam kuburnya. Apabila ia didatangi dari arah kepalanya, maka bacaan al Qur’an membelanya. Apabila didatangi dari arah kedua tangannya, maka sedekah membelanya. Apabila didatangi dari arah kedua kakinya, maka langkah orang itu ke masjid-masjid membelanya.” (Shahih Targhib no. 405, Syaikh Albani berkata,”Hasan”).
12.  Berlindung dari adzab kubur.
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam telah memerintahkan kepada umatnya agar berlindung dari adzab kubur. Perintah tersebut tidak hanya sekali, bahkan berulang-ulang dalam beberapa keadaan yang  ditemui seorang muslim setiap harinya. Diantaranya adalah:
    -  Setiap selesai tasyahud akhir
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam:
Apabila salah seorang diantara kalian telah selesai dari bertasyahud akhir, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari empat perkara: dari adzab Jahanam, dari adzab kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari keburukan fitnahnya Dajjal al Masih. (HR. Muslim no. 558)
    - Pagi dan Petang
Ibnu Mas’ud radiyallahu’anhuma berkata,”Dahulu Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam berada pada waktu petang beliau membaca:
Kami berada pada waktu petang, sedangkan kekuasaan adalah kepunyaan Allah. Segala puji bagi Allah. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan hanya kepada Allah semata. Ya Allah aku memohon kebaikan malam ini dan berlindung dari keburukan mala mini dan keburukan apa-apa yang ada setelahnya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kemalasan, dan buruknya masa tua. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari adzab di Neraka dan adzab di alam kubur.” (HR. Muslim no. 2723)

Demikianlah sebagian diantara perkara-perkara yang dapat menyelamatkan kita semua dari adzab kubur. Semoga Allah melindungi kita semua darinya. Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin.

-------------------------------------- ----------000----------------------------------------------------


Ditulis oleh Ustadz Muhtar Arifin Lc dalam majalah Adz Dzakhirah vol 8 edisi 65 hlm. 24-29
Ditulis kembali oleh Saiful ‘Abu Zuhri’ dengan sedikit tambahan dan perubahan.
Pekalongan, 19 Agustus 2013, dimalam hari yang sunyi.



[1] Pembahasan ini merujuk kepada: At Tadzkirah bi Ahwal al Mauta wa umuur al Akhiroh, karya Imam Qurthubi rahimahullah hlm. 392-405 dengan tahqiq Dr. Shaddiq bin Muhammad cet. Darul Minhaj Riyadh dll.
[2] Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam,“Sesunnguhnya amalan seorang hamba yang pertama kali dihisab ialah shalatnya. Maka jika baik (shalatnya), maka dia beruntung dan selamat. Dan jika rusak (shalatnya), sungguh dia rugi dan celaka. (HR. Tirmidzi 2/2269, lihat Ash shahihah no. 539)
[3]Hal ini juga berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam,”Sesunggunya perkara pertama yang diadili diantara (hak) manusia adalah masalah darah. (HR. Bukhari, aku menuliskan hadits ini berdasarkan hafalanku dan tidak sombong makanya aku tidak mencantumkan penomoran haditsnya).