Minggu, 16 Juni 2013

Awas Bahaya Bid'ah


Coba bayangkan…Betapa meriginya seorang mahasiswa yang sudah berusaha keras dalam memngerjakan tugasnya, akan tetapi sang dosen tak menerima hasil kerjanya dikarenakan tak sesuai dengan apa yang diperintahkan…Begitu pulalah dengan beragama, sungguh kasihannya jiwa yang beramal sekuat tenaga, akan tetapu amalnya tidak diterima…Apa sebabnya?

Kesempurnaan Islam
Pembaca yang dimuliakan Allah, sesunggunya Islam ialah syari’at yang sarat akan kemuliaan. Hal ini tergambar akan kesempurnaannya, sehingga tidak memerlukan tambahan ataupun pengurangan. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Pada hari ini telah Ku-sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Ku-cukupkan nikamatku, dan telah ridhoi Islam sebagai agamamu.” (Qs. Al Maidah : 3)
Imam Malik berkata,” Barangsiapa yang membuat perkara yang diada-adakan dalam Islam dan melihatnya sebagai suatu kebaikan, maka sesungguhnya dia telah menuduh bahwa Nabi Muhammad telah berkhianat, karena Allah Ta’ala telah berfirman dalam Al Qur’an (yang artinya), “Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagimu agamamu…”. Maka apa yang pada hari itu tidak termasuk sebagai agama, maka pada hari ini pun bukanlah termasuk dalam agama.” (lihat Al I’tisham oleh Imam Asy Syathibi)

Mengenal Definisi Perkara yang Diada-adakan
Perkara yang diada-adakan dalam Islam dinamakan bid’ah. Definisi bid’ah secara bahasa adalah hal yang baru dalam agama setelah agama ini sempurna (lihat Mukhtarus Shihah)
Maka jelaslah kepada kita, bahwa bi’ah itu ialah sesuatu yang diada-adakan dalam perkara agama , bukan perkara dunia semata. Dalil yang menguatkan pernyataan ini adalah firman Allah (yang artinya), “Apakah mereka mempunyai sesembahan-sesembahan selain Allah yang mensyariatkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah?” (Qs. Asy Syuura : 21)
Dalam ayat tadi dijumpai redaksi kalimat “yang mesyariatkan untuk mereka, agama yang tidak diizinkan Allah”. Mengenai ayat ini, Syaikh As Sa’di menjelaskan bahwa yang dimaksud perkara agama yang tidak diizinkan Allah yakni syirik dan bid’ah…(lihat Taisir Karimir Rahman)
Jadi jelaslah bagi kita semua, bahwa perkara bid’ah adalah perkara yang menyangkut seputar masalah keagamaan. Dan para pelakunya akan mendapatkan dampak yang berbahaya. Lalu apa sajakah bahayanya??

Mendapat vonisan ‘sesat’ dari Allah dan Rasul-Nya
“Dan tidaklah patut bagi laki-laki dan perempuan yang beriman, apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, mereka memiliki pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. Dan barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia telah sesat, sesat yang nyata.” (Qs. Al Ahzab : 36)
Syaikh As Sa’di berkata,”Tidak layak bagi seorang mukmin dan seorang mu’minah, jika Allah sudah menetapkan sesuatu denga tegas, lalu ia memilih pilihan yang lain. Yaitu pilihan untuk melakukannya atau tidak, padahal ia sadar secara pasti bahwa Rasulullah itu lebih pantas diikuti daripada dirinya. Oleh karena itu, jangan jadikan hawa nafsu sebagai penghalang antara dirinya dengan Allah dan Rasul-Nya.” (lihat Taisir Karimir Rahman)
Bahkan, Allah Ta’la juga mengancam neraka kepada orang yang menyelisihi tuntunan beragama Rasulullah. “Dan barangsiapa yag menentang Allah dan Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang talah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (Qs. An Nisa’ : 115)
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Hati-hatilah kalian terhadap perkara-perkara yang baru. Setiap perkara yang baru adalah bid’ah, dan bid’ah adalah sesat. Dalam riwayat lain, ‘Dan kesesatan itu tempatnya di neraka’. (HR. Tirmidzi dll)

Amalan tidak diterima
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Katakanlah : “Apakah akan kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya” (Qs. Al Kahfi : 103-104)
Ibnu katsir berkata,”Sesungguhnya ayat ini bersifat umum meliupti orang yang beribadah kepada Allah Ta’al namun dengan jalan yang tidak diridhoi Allah Ta’ala. Dia menyangka bahwa dia telah berbuat benar didalam ibadaha tersebut padahal dia telah berbuat salah dan amalannya tertolak.” (lihat Tafsir Al Qur’anul Adzhim)
Nabi shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Barangsiapa yang membuat perkara yang baru dalam urusan agama kami ini sesuatu yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak.” (HR. Bukhari-Muslim)
Syaikh ‘Abdul Muhsin Al ‘Abbad mengomentari hadits ini, “Hadits ini secara mutlak menunjukkan bahwa semua amal yang menyelisi syari’at itu tertolak, meskipun tujuan pelakunya baik.” (lihat Fathil Qwiy Al Matin)

Bid’ah lebih dicintai iblis disbanding maksiat
Sufyan Ats Tsauri rahimahullah berkata,” Bid’ah itu lebih dicintai oleh Iblis daripada perbuatan maksiat. Seseorang mungkin bertaubat dari maksiatnya tetapi sangat sulit bertaubat dari perbuatan bid’ahnya. (lihat Majmu’ fatawa x/9)
Banyak ulama yang telah menjelaskan bahwasanya sebab bid’ah lebih dicintai iblis dibandingkan maksiat dikarenakan pada perbuatan maksiat peluang untuk bertaubat sagat besar, karena pelakunya menyadari telah melakukan sebuah kesalahan. Sedangkan pelaku bid’ah, ia menganggap baik perbuatannya sehingga kemungkinan untuk bertaubat sangat kecil.

Terhalang masuk ke telaga Rasulullah
Rasulullah shalallahualaihi wa sallam bersabda,”Sesungguhnya aku mendahului dan menanti kamu di telaga. Barangsiapa yang melewatiku niscaya dia minum. Dan barangsiapa yang tidak maka dia akan haus selama-lamanya. Sesungguhnya sekelompok orang akan mendatangiku, aku mengenal mereka, dan mereka mengenalku, kemudian dihalangi antara aku dengan mereka, maka aku berkata, “Sesungguhnya mereka dari pengikutku”. Tetapi dijawab,”Sesungguhnya engkau tidak mengetahui hal-hal baru yang mereka ada-adakan setelahmu.” Maka aku berkata,” Celakalah! Celaka bagi orang yang merubah agama setelahku.” (HR. Bukhari-Muslim)

Dengarkanlah wasiat para sahabat
Adakah keraguan dalam diri kita akan kemulian sahabat? Sekali-kali tidak. Merekalah generasi terbaik yang mengajarkan kepada kita bagaimana seharusnya beragama.
1.      Abdullah bin Mas’ud : “Ikutilah Nabi dan janganlah berbuat bid’ah karena sesungguhnya apa yang ada dalam syari’at telah cukup, dan setiap bid’ah adalah sesat.” (lihat Syarah Ushul ‘Itiqod ahlu sunnah)
2.      Ibnu Umar : Setiap bid’ah adalah sesat walaupun manusia menganggapnya baik.” (lihat Ahkamu jana’iz)
3.      Abu Da’da : “Sederhana dalam melakukan sunnah lebih baik daripada bersungguh-sungguh dalam melakukan bid’ah”. (idem)
4.      Mu’adz bin Jabal : “Maka waspadalah kalian dari sesuatu yang diada-adakan, karena sesungguhnya sesuatu yang diada-adakan adalah kesesatan”.(Riwayat Abu Dawud)

Jauhilah bid’ah!!!
Imam Al Barbahari rahimahullah berkata,”Jauhilah setiap perkara bid’ah sekecil apapun, karena bid’ah yang kecil lambat laun akan menjadi besar. Demkian pula kebid’ahan yang terjadi pada umat ini berasal dari perkara kecil dan remeh yang mirip dengan kebenaran, sehingga banyak orang yang terperdaya dan terkecoh lalu mengikat hati mereka sehingga susah untuk keluar dari jeratannya dan akhirnya mendarah daging lalu diyakini sebagai agama. Tanpa disadari, pelan-pelan menyelisih jalan yang lurus dan bahkan sampai keluar dari Islam.” (lihat Syarush Sunnah)

Penutup
Pembaca yag dimuliakan Allah Ta’ala, demikianlah sedikit pembahasan mengenai perkara yang diada-adakan dalam agama yang disertai pula dengan penjelasan mengenai bahayanya. Semoga Allah Ta’ala memberikan taufiq kepada kita agar dapat beragama dengan benar dan semoga Allah Ta’ala menerima segala amal ibadah kita. Aamiin.

Penulis : Erlan Iskandar (Santri Ma’had Al ‘Ilmi Yogyakarta)
Muraja’ah : Ustadz Aris Munandar, M.PI
Disalin dan ditulis kembali oleh Saiful Abu Zuhri

Senin, 17 Juni 2013 M di Jasaprogammer.com Banguntapan-Bantul-Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar