Minggu, 14 April 2013

Taubat






Taubat adalah kalimat yang agung, tidak sebagaimana dipahami kebanyakan orang. Orang yang bertubat berarti kembali ke jalan Allah, kembali menjalankan ketaatan dan menjauhi larangan-Nya. Ketahuilah! Alloh maha menerima taubat seorang hamba, oleh karena itu sudah semestinya bagi setiap anak Adam yang dilahirkan di muka bumi ini untuk bertaubat kepada-Nya, karena tidak ada seorangpun yang selamat dari dosa dan kesalahan. Allohu Musta’an.



A.      DEFINISI TAUBAT
Taubat secara bahasa diambil dari kata taaba-yatuubu yang bermakna kembali. Sedangkan menurut istilah para ulama mendefinisikannya dengan ungkapan yang beragam, berikut sebagian perkataan mereka.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Taubat adalah seorang hamba kembali ke jalan Alloh, dan menjauhi jalan orang-orang yang dimurkai lagi tersesat.” (Madarijus Salikin 1/199)
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata,”Taubat adalah meninggalkan dosa, menyesali atas perbuatannya dan bertekad untuk tidak mengulangi kembali, serta mengembalikan hak orang yang didzolimi jika dosanya berhubungan sesama manusia.” (Fathul Bari 11/123)
Syaikh Ibnu Utsaimin berkata,”Taubat adalah kembali dari kemaksiatan menuju ketaatan kepada-Nya.” (Syarah Riyadhus Shalihin 1/74)

B.      URGENSI TAUBAT
Taubat merupakan hakekat agama islam, seluruh sendi agama masuk dalam ruang lingkup taubat. Orang yang bertaubat berhak menjadi kekasih Alloh, karena memang Alloh mencintai orang-orang yang bertaubat lagi menyucikan diri. Alloh mencintai orang-orang yang mengerjakan perintah dan menjauhi larangan-Nya.
Imam Ibnul Qayyim berkata,”Urgensi taubat merupakan urgensi yang pertama, pertengahan dan terakhir, tidaklah seorang hamba mampu meninggalkannya, bahkan ia akan senantiasa butuh hingga akhir hayatnya. Maka taubat merupakan awal dan akhir dari kehidupan seorang hamba, kebutuhannya kepada taubat di akhir hidupnya sangat mendesak, sebagaimana pada awalnya. Alloh berfirman:
“Dan bertubatlah kamu sekalian kepada Alloh, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung”. (QS. An-Nur : 31)
Lanjut pula: “Di dalam ayat ini, Alloh mengajak bicara orang yang beriman dan orang-orang pilihan untuk bertaubat kepada-Nya, setelah keimanan, kesabaran, hijrah dan jihad yang mereka lakukan. Alloh menghubungkan keberuntungan dengan taubat, sebagai hubungan sebab akibat. Kemudian mendatangkan kalimat “supaya” sebagai harapan bagi mereka, yaitu jika kalian bertaubat maka kalian akan beruntung, tidak ada yang berharap keberuntungan kecuali orang-orang yang bertaubat. Semoga Alloh menjadikan kita termasuk diantara mereka.” (Madarijus Salikin 1/198)
Berkata Imam Nawawi,”Taubat merupakan pondasi islam sangat urgen, jalan pembuka bagi orang yang menempuh kampong akherat.” (Syarah Shahih Muslim 17/191)

Akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui kedudukan taubat dan hakekatnya, lebih-lebih untuk mengilmui dan mengamalkan. Alloh  tidak menjadikan kecintaannya kepada orang-orang yang bertaubat kecuali karena mereka orang-orang yang istimewa disisi-Nya.
Andaikan taubat bukan nama yang universal bagi syariat islam dan inti keimanan, maka Alloh tiddak akan senang dengan taubatnya seorang hamba dengan kesenangan yang agung. (Majmu’ Rosail Tujihat Islamiyyah 2/301)

C.      HAKEKAT TAUBAT
Hakekat taubat adalah kembali kepada Alloh dengan mengerjakan yang diwajibkan dan meninggalkan yang dilarang, kembali dari yang dibenci menuju kepada yang dicintai.
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Hakekat taubat adalah dengn menyesali dosa yang telah lalu, meninggalkan seketik itu juga dan bertekad kuat untuk tidak mengulangi kembali  di masa yang akan datang.” (Madarijus Salikin 1/202)
Permulaannya addalah dengan menyesal, kemudian diiringi dengan tekad kuat untuk meninggalkannya, menyadari bahwa kemaksiatan adalah tabir penghalang antara seorang hamba dengan Robbnya. Ia akan bergegas untuk menuju jalan keselamatan, inilah jalan yang ditempuh oleh orang-orang ynag bertaubat, kembali ke jalan Alloh dari kubangan dosa. Dia mengakui dosanya, lalu bertaubat dengan, ikhlas dan istiqomah dalam ketaatan, yang membawanya menjadi wali Alloh yang bertaqwa, ketaatan yang menghalangi jalan setan. (Bahjatun Nazhirin 1/50)
D.      HUKUM TAUBAT
Berkata Imam Nawawi-rahimahullah-:”Para ulama mengatakan bahwa taubat adalah wajib dari setiap dosa.” (Riyadus shalihin hlm. 46-Takhrij Syaikh Al albani-).
Imam Syaukani-rahimahullah- berkata: “Sungguh umat ini telah bersepakat akan wajibnya taubat bagi setiap mukmin.” (Fathul Qodir 1/438)
Imam Ibnul Qayyim berkata: “Bersegera untuk bertaubat dari dosa adalah wajib, tidak boleh diakhirkan, kapan saja diakhirkan maka ia telah bermaksiat.” (Madarijus Salikin 1/297)

E.       TAUBAT DALAM AL-QUR’AN DAN AS-SUNNAH
Banyak sekali ayat-ayat Alloh dan hadits Nabi shalallahu’alahi wa sallam yang memerintahkan supaya kita taubat, Alloh berfirman:
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Alloh, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (Qs. An-Nur: 31)
Berkata Syaikh Abdurrahman As-Sa’di-rahimahullah-: ”Firmannya “Supaya kamu beruntung” yaitu tidak ada jalan menuju keberuntungan kecuali dengan taubat, taubat adalah dengan kembali dan menjauhi yang dibenci Alloh secara lahir dan bathin, menuju kepada yang dicintai oleh Alloh lahir dan bathin. Oleh karenanya setiap mukmin pasti butuh bertaubat. Ayat ini pula berisi anjuran untuk ikhlas karena Alloh berfirman “Bertaubatlah kamu sekalian kepada Alloh” yaitu tidak ada tujuan lain selain mencari wajah-Nya, selamat dari riya’, sum’ah dan tujuan lain yang merusak.” (Taisir Karimir Rahman hlm. 516)
Orang yang tidak bertaubat adalah orang zholim, Alloh berfirman: “Dan barangsiapa yang tidak bertaubat, maka itulah orang-orang zholim. (Qs. Al-Hujurat: 11)
Seorang hamba hanya terbagi dua; orang yang bertaubat dan yang zholim dan tidak ada pembagian yang ketiga. Alloh menyandarkan orang yang zholim bagi orang yang tidak bertaubat. Tidak ada yang lebih zholim pada dirinya, karena kebodohan terhadap hak Robbnya, aib diri sendiri dan amalannya.” (Madarijus Salikin 1/199).
Demikian pula Rasulullah shallahu’alahi wa sallam pernah bersabda:
Sesungguhnya Alloh membentangkan tangan-Nya di malam hari, agar bertaubat orang yang berbuat dosa di siang hari. Dan membentangkan tangan-Nya di siang hari agar bertaubat pelaku dosa di malam hari, hingga matahari terbit dari barat. (HR. Muslim 2759)
Sabdanya yang lain:
Wahai sekalian manusia bertaubatlah kalian kepada Alloh, sessungguhnya aku bertaubat kepada-Nya seratus kali dalam sehari. (HR. Muslim 2702)
Ibnu Qudamah berkata,”Hadits-hadits dalam masalah ini sangat banyak sekali, juga para ulama telah bersepakat akan wajibnya taubat, karena dosa itu hanyalah membinasakan dan menjauhkan dari Alloh, maka wajib meninggalkannya dengan segera. Lanjutnya lagi: “Taubat itu wajib dilakukan terus menerus, karena manusia tidak akan luput dari maksiat, andai selamat dari maksiat anggota badan, maka tidak akan selamat dari kehendak hati untuk berbuat dosa, kalau pun ia selamat dar hali itu, maka ia tidak akan pernah lolos dari was-was setan yang selalu menghembuskan niat jahat untuk melalaikannya dari dzikrulloh. Anggaplah lagi ia selamat dari hal itu, akan tetapi ia tidak akan selamat dari kelalaian dan kekurangan dalam ilmu kepada Alloh, sifat dan perbuatatannya, semua itu adalah kekurangan, tidak ada seorang pun yang selamat dari kekurangan ini.” (Mukhtasar Minhajul Qashidin hlm. 374-Ridwan Jami’ Ridwan-).

F.       SYARAT TAUBAT
Taubat adalah ibadah yang agung, oleh karena itu para ulama telah menjelaskan syarat-syarat taubat, agar taubat seorang hamba dapat di terima disisi-Nya.
1.       Ikhlas
Orang yang bertaubat hendaknya hanya  mencari wajah-Nya dan berharap agar taubatnya diterima disisi Alloh Ta’ala, jangan sampai terbetik di hatinya keinginan dilihat manusia atau perhatian dari mereka. Dalil-dalil dalam Al-Qur’an dan hadits dalam masalah ini sangat banyak sekali.
Imam Qurthubi-rahimahullah-berkata: “Tidak sah taubat kecuali dengan keikhlasan, barangsipa yang meninggalakan dosa karena selain Alloh, maka bukan termasuk orang yang bertaubat menurut kesepakatan ulama.” (Fathul Bari 11/124).
2.       Menyesali dosanya
Imam Ibnul Qoyyim-rahimahullah-berkata: “Adapun menyesali dosa, sesungguhnya taubat tidak akan terealisasi kecuali dengan yang demikian, karena barangsiapa yang tidak menyesal atas dosa, maka hal itu sebagai indikasi keridhoan dan keinginannya untuk terus melakukan.” (Madarijus Salikin 1/202).
Ibnu Qudamah-rahimahullah-berkata: “Ketahuilah bahwa taubat adalah ungkapan dari penyesalan yang membawa pada tekad dan kehendak untuk meninggalkan dosa, meghantarkan pada pengetahuan bahwa kemaksiatan adalah penghalang antara insane dengan Robbnya.” (Mukhtasar Minhajul Qoshidin hlm. 385)
3.       Meninggalkan dosa
Suatu hal yang mustahil bila taubat dengan tetap terus-menerus berkubang dalam dosa, maka setiap insane yang bertaubat hendaklah ia meninggalakan dosa yang ia lakukan, jika tidak demikian maka taubatnya tertolak tidak berarti disisi Alloh Ta’ala. (Syarah Riyadush Shalihin 1/76).
4.       Bertekad untuk tidak mengulangi dosanya kembali
Orang yang bertaubat hendaklah menanamkan tekad yang kuat dalam hati untuk tidak mengulangi kembali dosanya dimasa yang akan datang. Dengan niat dan keinginan yag kuat inilah ia akan selamat dari kubangan dosa yang menimpanya.
5.       Bertaubat pada waktunya
Hendaklah seorang hamba bertaubat dengan segera, sebelum Alloh Ta’ala menutup pintu taubat. Taubat menjelang ajalnya, atau ketika matahari terbit dari barat tidakah berarti disisi Alloh. Alloh Ta’ala berfirman :
Sesungguhnya taubat di sisi Alloh hanyalah taubat bagi orang-orang yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Alloh taubatnya; dan Alloh maha mengetahui lagi maha bijaksana. Dan tidaklah taubat itu diterima Alloh dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan hingga apabila datang ajal kepada seseorang diantara mereka barulah ia mengatakan: “sesungguhnya saya bertaubat sekarang” dan tidak pula diterima taubat orang-orang yang mati sedang mereka dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu telah kami sediakan siksa yang pedih. (Qs. An-Nisa: 17-18)
Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang bertaubat sebelum matahari terbit dari barat, maka Alloh akan menerima taubatnya.” (HR. Muslim 2703)
Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam juga bersabda: “Sesungguhnya Alloh menerima taubat seorang hamba selama belum sekarat matinya.” (HR. Tirmidzi 3537, Hasan lihat Al Misykah 2343)
6.       Mengembalikan hak orang yang di zholimi
Maksudnya jika dosa yang dilakukan berhubungan dengan manusia, maka hendaklah ia mengembalikan hak orang yang dizholimi dan minta maaf.
Imam Ibnul Mubarak-rahimahullah-berkata: “Syarat taubat adalah menyesali dosa, bertekad untuk tidak mengulangi, mengembalikan hak orang yang dizholimi dan menunaikan kewajiban yang tersia-siakan.” (Fathul Bari 11/124).

G.TAUBAT NASHUHAH
Taubat adalah kalimat yang agung, maka sudah semestinya kita bersungguh-sungguh dalam bertaubat. Bertaubat dengan semurni-murninya, tidak bermain-main dalam taubat, sebagaiman yang dilakukan oleh mayoritas manusia. Alloh berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Alloh dengan taubat yang semurni-murninya, mudah-mudahan Robb kamu akan menghapus kesalahan-kesalahan kamu dan memasukan kamu ke dalam surge yang mengalir dibawahnya sungai-sungai. (Qs. At-Tahrim: 8).
Alloh menjadikan terhapusnya kesalahan, dengan menghilangkan sesuatu yang dibenci oleh manusia, dan memasukannya ke dalam surga bergantung dari taubat yang nashuhah. (Madarijus Salikin 1/336)
Hasan Al-Bashri-rahimahullah-berkata: “Taubat nashuhah adalah seorang hamba yang menyesali dosanya yang telah lalu dan bertekad untuk tidak mengulanginya kembali.” (Madarijus Salikin 1/336).
Sahabat mulia Umar bin Khattab dan Ubay bin Ka’ab pernah berkata: “Taubat nashuhah adalah dengan bertaubat dari dosa, tidak mengulanginya kembali, sebagaiman susu tidak kembali ke dalam kantung kelenjarnya.” (Madrijus Salikin 1/336).
Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam bersabda: “Andaikan kalian bersalah sampai kesalahan kalian memenuhi langit dunia, kemudian kalian bertaubat, niscaya Alloh akan menerima taubat kalian.” (HR. Ibnu Majah 4248, Hasan lihat Ash Shahihah 903)
Imam Ibnul Qayyim-rahimahullah-berkata: “Apabila alloh menghendaki kebaikan pada seorang hamba, maka Alloh akan membukakan pintu taubat baginya, dia akan menyesal , merendahkan diri, merasa butuh, memohon pertolongan, senantiasa tunduk berdo’a dan mendekatkan diri hanya kepada-Nya.” (Madarijus Salikin 1/206).
Maka taubat adalah permulaannya adalah kembali kepada Alloh dengan menapaki jalan-Nya yang lurus, sebagaiman Alloh perintahkan dalam firman-Nya:
Dan ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan lain, karena jalan-jalan lain itu menceraiberaikan kamu dari jalan-Nya. (Qs. Al-An’am: 153).
Dan akhir dari semua itu adalah kembali kepada-Nya di kampong akhirat, berjalan menuju surga-Nya. Maka barangsiapa yang kembali kepada Alloh dengan taubat di dunia, maka ia akan kembali kepada Alloh Ta’ala di akhirat dengan membawa pahala. Alloh Ta’ala berfirman:
Dan orang bertaubat dengan mengerjakan amal shalih, maka sesungguhnya dia bertaubat kepada Alloh dengan taubat yang sebenar-benarnya. (Qs. Al-Furqon: 71).
Akhirnya kita memohin ampun kepada Alloh Ta’ala dari segala dosa dan kesalahan, karena setiap anak Adam tidak luput dari dosa, dan sebaik-baiknya orang berdosa adalah yang bertaubat. Amiin. Allohu’alam.

Disalin dari majalah al furqon edisi 7 tahun 4 penulis Abu Abdillah


Senin, waktu dhuha 15 April 2013 M


Saiful 'Abu zuhri'


Tidak ada komentar:

Posting Komentar