Selasa, 04 Maret 2014

Ketika Telephone Jadi Pilihan



Muqoddimah
Kemajuan  teknologi adalah salah satu dari nikmat Allah Ta’ala. Hal-hal yang pada sepuluh tahun yang lalu seakan-akan mustahil sekarang menjadi hal yang lumrah.
Sebagai seorang muslim yang ‘cerdas’ tidak akan salah dalam menyikapi nikmat-nikmat yang Allah berikan. Dan Allah maha mengetahui, siapa hamba yang bersyukur diantara sekian banyak manusia yang kufur (ingkar).
Bagaimana cara mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah atas nikmat yang telah diberikan berupa alat komunikasi yang lazim disebut telephone, handphone, comunikator atau semisalnya?! Caranya dengan menggunakan dengan aturan syar’i, lantas bagaimanakah adab-adab Islam bagi pengguna telephone? Ikuti uraian berikut. Allahul Muwaffiq.

Hati-hati salah sambung
Sebelum menelephone periksa kebenaran nomor yang dituju, jangan sampai hanya karena salah nomor, orang yang tidur jadi bangun, mengganggu orang yang sakit dan sebagainya. Apabila udah terlanjur salah sambung, bersegeralah meminta maaf, katakanlah: “Maaf salah sambung”.

Pilih waktu yang tepat
Ingatlah bahwa orang lain juga memiliki kesibukan dan kegiatan yang beragam. Perhatikanlah waktu yang sesuai. Jangan menghubungi pada waktu istirahat, waktu makan dan sebagainya. Oleh karena itu syariat yang mulia ini member batasan kepada para budak dan anak-anak yang belum baligh untuk meminta izin pada tiga waktu. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum baligh diantara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat shubuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu ditengah hari dan sesudah shalat Isya’. (Itulah) tiga aurat bagi kamu… (Qs. An-Nur: 58)
Demikian pula syariat ini melarang mengetuk pintu pada malam hari, atau tiba dari safar pada malam hari tanpa ada pemberitahuan ke keluarga. Semua ini adalah bentuk penjagaan dan perhatian terhadap kondisi manusia agar meminta izin dan menemui mereka pada waktu yang sesuai.

Saat panggilan belum terjawab
Ketika kita menekan tombol panggilan, dan kita yakin bahwa panggilan itu masuk dan terdengar tetapi belum ada jawaban, maka hendaklah kita mencukupi dengan tiga panggilan saja. Hal ini serupa ketika  kita meminta izin untuk bertamu, tidak diperkenankan mengetuk pintu atau mengucapkan salam lebih dari tiga kali, demikian pula halnya dengan telephone. Dalilnya  adalah hadits yang berbunyi; "Apabila salah seorang diantara kalian meminta izin tiga kali dan tidak diizinkan, maka hendaklah ia kembali pulang.” (HR. Bukhari 6245 dan Muslim 2153)
Jangan berlebihan dalam memanggil, karena bisa jadi suara dering telephone yang berulang-ulang akan mengganggu orang. Berlaku lemah lembutlah dalam meminta izin dan menghubungi. Ambilah contoh adab para sahabat ketika mengetuk pintu rumah Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam , mereka mengetuknya dengan kuku mereka. (lihat Ash Shahihah no. 2092)

Memulai dengan salam
Orang yang menghubungi lewat telephone ibarat orag yang bertamu dan meminta izin masuk. Maka hendaklah ia memulai dengan ucapan “Asslamu’alaikum”. Allah berfirman:
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan member salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. (Qs. An Nuur: 27)
Dalam sebuah hadits dikisahkan ada seorang yang meminta izin kepada Nabi dan berkata:”Apakah saya boleh masuk?” Nabi berkata kepada pelayannya: “Keluarlah dan temui orang ini, ajarkanlah dia adab meminta izin, katakana padanya apabila meminta izin agar memulai dengan ucapan:’Assalamu’alaikum’, apakah saya boleh masuk?’” Orang tadi akhirnya mendengar ucapan Nabi dan ia pun berkata; “Assalamu’alaikum apakah saya boleh masuk?”Nabi akhirnya mengizinkan dan mempersilahkan masuk.” (HR. Abu Dawud 5177 lihat Ash Shahihah no. 818)
Perhatian
Ada beberapa perkara yang perlu diperhatikan ketika kita telah memulai pembicaraan lewat telephone;
Pertama. Tinggalkan kata-kata “hallo, selamat pagi” dan semisalnya.
Karena bagaimanapun juga memulai hubungan dengan ucapan salam lebih barokah sesuai syar’i. adapun ucapan-ucapan “Selamat pagi, hallo” tidak lain hanya akan menjadikan syiar Islam ini menjadi hilang dan pudar serta beralih ke sesuatu yang lebih rendah. Allah berfirman: “…..Maukah kamu mengambil suatu yang rendah sebagai pengganti yang baik…. (Qs. Al Baqoroh : 61)
Kedua. Jangan mempermainkan penelephone.
Ada sebagian orang ketika dihubungi, mereka mengangkat telephone tapi setelah itu diam seribu bahasa, entah maksudnya ingin mempermainkan orang yang menghubungi dengan habisnya pulsa atau sekedar main-main. Perkara ini perlu ditinggalkan karena termasuk kurang adab.
Ketiga. Perkenalkan identitas anda
Hal ini juga perlu diperhatikan, jangan sampai orang yang kita hubungi bertanya: “Dengan siapa ini?” Tetapi kita malah menjawab: “Saya”,  tanpa menyebutkan identitas. Perkara ini pernah disinggung Nabi dalam haditsnya:
Jabir bin Abdullah berkata: “Aku meminta izin kepada Nabi, lantas beliau bertanya: “Siapa ini?” aku pun menjawab: “Saya”. akhirnya Nabi berkata: “Saya, saya!!” seolah-olah beliau membencinya.(HR. Bukhari 5896 dan Muslim 2155)
Hadits diatas member pelajaran kepada kita semua, apabila kita ditanya oleh orang yang ingin kita temui hendaklah dijawab dengan menyebutkan nama. Janganlah anda terlalu yakin bahwa anda pasti dikenal oleh orang yang anda hubungi. Perhatikanlah perkara ini wahai saudaraku!!.

Lamanya waktu berbicara
Lama pembicaran itu diukur dengan kebutuhannya. Hindari berbicara tanpa ada kebutuhan, ngobrol yang tidak jelas ujungnya. Jangan membuat orang dihubungi menjadi jenuh, bosan dan terasa berat. Hindari pemborosan, jaganlah menghamburkan harta untuk sesuatu yang sia-sia. Allah berfirman :
Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan itu adalah sangat ingkar kepada kepada Rabbnya. (Qs. Al Isro : 26-27)

Rendahkanlah suara
Ini merupakan adab yang agung dalam berbicara dan bercakap-cakap. Hendaklah suara kita tidak terlalu tinggi, berbicaralah sewajarnya, dengan intonasi yang wajar, apalagi yang kita ajak bicara adalah orang tua atau orang yang mempunya kedudukan. Yang penting suar kita terdengar oleh lawan bicara. Boleh mengeraskan suara jika memang dibutuhkan, seperti apabila jaringan telephone lemah hingga pembicaraan kurang jelas dan lain-lain, adapun selebihnya berlaku lembut dan rendahkanlah suara anda. Allah berfirman: “Dan sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Qs. Luqman : 19)

Wanita dan telephone
Apabila salah satu pembicara dalam telephone adalah seorang wanita, maka hendaklah seorang wanita berbicara dengan nada yang wajar, jangan direndahkan atau dibuat-buat lembut, lebih-lebih apabila yang menghubungi adalah laki-laki ajnabi (bukan mahrom). Dalam hal ini Allah berfirman:
Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah sama seperti wanita yang lain, jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam berbicara sehingga berkeinginannlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang baik. (Qs. Al Ahzab : 32)
Larangan ayat ini ditujukan kepada isteri Nabi. Dan sudah kita maklumi bahwa pada saat itu tidak mungkin ada yang berkeinginan terhadap suara mereka. Maka bagaiamana dengan para wanita setelah mereka? Tentu larangan ini lebih utama. Bertaqwalah kepada Allah wahai wanita muslimah, berbicaralah dengan perkataam yang baik dan wajar, janganlah kamu berbicara kepada laki-laki ajnabi (yang bukan  anda) seperti anda bebricara kepada suami atau mahrom!!.
Perhatian:
Berbicara tentang wainita dan telephone, ada beberapa perkara yang perlu disinggung dalam kesempatan ini, diantaranya:
Pertama. Bicara seperlunya.
Perkara ini perlu diperhatikan. Janganlah seorang wanita bebrbicara diluar batas kebutuhannya. Berbicaralah seperlunya, apalagi jika lawan bicaranya adalah seorang laki-laki yang bukan mahromnya. Karena sifat wanita adalah malu dan terjaga.
Kedua. Berawal dari salah sambung.
Mulanya dari sebuah panggilan salah sambung atau sms salah kirim, akahirnya berlanjut ke pembicaraan yang mengarah kepada perkenalan, atau bahkan mmenuju kemaksiatan! Hindari semua ini. Apabila anda memang bertujuan menikah, maka seriuslah dan menghubungi orang tua atau walinya, jangan berlarut-larut tanpa ada kejelasan, hanya ingin mencari dan maksiat.!!!
Ketiga. Jangan menjawab telephone ketika bangun tidur.
Para wanita ketika bangun  tidur atau sedang tidur namun memaksakan diri untuk bangun dan menjawab telephone dengan suara sangat lirih.
 Apabila yang menghubungi seorang laki-laki tentu menimbulkan kesan yang menggida dan pikiran yang bermacam-macam. Hindari hal ini wahai para wanita muslimah, jangan menerima telephone keyika kondisi anda belum segar dan belum siap menjawab telephone.

Perhatikan dengan siapa anda berbicara
Jagalah adab berbicara lewat telephone. Sesuaikan pembicaraan dengan orang yang kita hubungi. Sesuaikan dengan usia, kedudukan sosialnya, lebih-lebih kepada orang yang berilmu.
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati orang yang tua, tidak menyayangi yang muda dan tidak mengerti hak ulama kami”. (HR. Ahmad 5/323, lihat Shahih Targhib 1/117)

Telephone dan Musik
Musik merupakan perkara yang sudah jelas keharamannya dan dien ini. Begitu banyak dalil-dalil yang menyatakan keharaman lagu dan music. Telephone, atau yang lebih ngetren dewasa ini dengan adanya HP tidak luput dari musik. Bahkan ada sebuah ponsel memberikan program music atau lagu kesayangan demi melariskan produknya. Untuk itu, ada yang harus diperhatikan berkaitan dengan telephone dan musik ini.
Pertama. Pilih nada dering yang standar, tidak music.
Apabila telephone atau HP anda termasuk kualitas canggih dilengkapi berbagai musik, maka pilihlah nada dering---baik untuk panggilan masuk atau sms---nada yang tidak music. Jauhilah music dalam kehidupan. Gantilah dengan sesuatu yang syar’i. jika ternyata tidak ada pilihan lain selain music, solusinya adalah jual HP anda dan carilah HP yang mempunyai pilihan nada dering aman dari music.
Kedua. Hindari nada penggilan berupa music.
Sebagian para pengguna telephone ada yang memasang program music untuk nada sambung. Sehingga ketika  ada yang menghubungi maka secara otomatis orang yang menghubungi akan mendengarkan alunan music. Perkara ini pun jelas keharamannya, tingglkan hal itu, karena bebrarti engkau telah menjerumuskan saudaramu dalam mendengarkan sesuatu yang haram!!.
Ketiga. Panggilan dering dengan ayat al Qur’an atau lafadz adzan
Sebagian ikhwan yang sudah mengethaui keharaman music, mereka mengalihkan nada dering yag berupa music dengan ayat-ayat al Qur;an berupa murottal dari seorang Qor’ yang terkenal atau berupa lafadz adzan. Hal ini perlu ditinjau ulang, karena la Qur;an tidaklah diturunkan untuk memanggil sebuah panggilan telephone. Al Qur’an diturunkan untuk ditadabburi dan difahami maknanya. Allah berfirman:
Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan barokah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yag mempunya pikiran. “ (Qs. Shood : 29)
Demikian pula dengan adzan. Adzan adalah lafadz syar’I untuk pemberitahuan akan masuknya waktu shalat, bukan untuk panggilan masuk telephone. Maka solusin terbaik tetap seperti yang kami katakana diatas. Apabila tidak ada, carilah jenis ponsel yang menyajikan nada dering standar, tidak bermusik.


Pinjam telephone orang lain ?!
Usahakan semampu kita untuk tidak meminjam telephone orang lain. Apabila anda terpaksa dan ada kebutuhan yang mendesak, maka janganlah anda menggunakan telephone orang lain kecuali setelah izin dengan lembut dan ramah. Jangan anda meminjam dari orang yang pelit atau yang dirinya merasa keberatan kalau telephonenya dipinjam. Apabila dia telah mengizinkan pergunakanlah seperlunya saja. Kemudian apabila engkau mengganti ongkos pulsanya maka itu adalah perbuatan yang baik.

Ketika waktu shalat tiba
Apabila tiba waktu shalat matikanlah HP anda. Hal ini sebagai antisipasi jika ada yang menghubungi ditengah shalat. Karena suara dering teleohoneselain akan mengurangi kekhusyu’an shalat, juga mengganggu orang yang disekitar kita lebih-lebi bagi imam shalat. Perhatikanlah hal ini wahai saudaraku!!!.

Merekam pembicaraan
Sebagian telephone atau HP ada yang dilengkapi fasilitas rekaman. Diantara kemungkaran yang sering kita jumpai adalah merekam pembicaraan lawan bicara tanpa izin. Ketahuilah wahai saudaraku!  Merekam pembicaraan orang yang berbicara tanpa izin adalah perbuatan dosa. Bentuk pengkhianatan. Sama saja pembicaraan itu masalah agama atau yang lain, apalagi jika pembicaraannya adalah yang rahasia. Apabila hasil rekaman ini disebarkan maka dosanya akan lebih berlipat.

Gunakan untuk ketaatan
Telephone termasuk nikmat Allah. Maka pergunakanlah untuk ketaatan, semisal menjalin silahturahmi kepada orang tua, kerabat atau orang yang memutus hubungan. Pergunakanlah untuk ketaatan, jangan engkau kotori nikmat ini untuk bermaksiat, semisal pacaran, mempermainkan orang, menipu atau sekedar iseng mengganggu.
Peringatan. Awas penipuan lewat telephone
Banyak terjadi kasus penipuan lewat telephone di masyarakat. Dengan iming-iming hadiah jutaan rupiah jika menang dalam undian misalnya. Waspadalah penipuan model seperti ini wahai saudaraku, janganlah anda tergiur dengan promosi yang omong kosong. Demikian pula dengan sms acuhkan segala sms yang tidak jelas, walau pun dia memberi iming-iming pulsa dan hadiah!. Kepada para penipu, kami nasehatkan, bertaubatlah anda kepada Allah sebelum maut menjemputmu. Allah maha pemurah lagi maha pengampun.

Hp Kamera
Menggunakan ponsel kamera adalah sah-sah saja asalakan sesuai syar’I, semisal untuk memotret keindahan alam atau gambar tida bernyawa. Akan tetapi kita jumpai adalah sebaliknya, kebanyakan HP berkamera digunakan untuk memotret makhluk bernyawa! Mereka memotret temannya sekedar untuk kenang-kenangan, atau bahkan yang lebih parah memotret wanita untuk memuaskan hawa nafsunya! Wal iyyadzubillah. Perkara ini jelas haram.
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata,”Pendapat yang mengatakan haramnya menggambar dengan kamera lebih berhati-hati. Dan pendapat yang mengatakan bolehnya adalah lebih sesuai dengan kaidah. Akan tetapi pemdapat yang membolehkan, disyaratkan apabila tidak mengandung perkara yang haram. Apabila mengandung perkara yang haram seperti memotret wanita yang bukan mahrom pemotret, atau memotret orang untuk kenang-kenangan atau disimpan dalam album untuk dilihat dan dikenang, maka hal itu adalah haram. Karena mengambil gambar,photo dan memanfaatkannya untuk perkara yag hina, atau rendah, adalah haram menurut pendapat kebanyakan ahli ilmu, sebagaimana sunnah shohihah telah menunjukkan akan hal itu. (Majmu’ Fatawa Wa Rasa’il Ibnu Utsaimin 2/265-266)

Akhiri pembicaraan dengan salam
Apabila kebutuhan kita telah selesai maka segeralah akhiri pembicaraan dengan ucapan salam. Hendaklah yang mengakhiri pembicaraan adalah orang yang menghubungi, karena dia seperti orang yang bertamu dan meminta izin.
Apabila keluar hendaknya pamitan dan meminta izin, Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
Apabila salah seorang diantara kalian mengunjungi saudaranya dan duduk di sisinya, maka janganlah dia bangun hingga meminta izin kepadanya.” (HR. Dailami 1205 lihat shahih al jami’ 583)

Inilah yang dapat kami kumpulkan tentang adab-adab islami dalam menggunakan telephone. Semoga kita termasuk orang-orang yang berhias dengan adab-adab diatas. Amiin. Allahu’alam.


Pekalongan  Rabu, 5 Maret 2014
Ditulis oleh Abu Abdillah Al Atsari di majalah al Furqon edisi 2 tahun 1428 H
Dibaca dan ditulis kembali oleh Saiful Abu Zuhri

1 komentar: