Muqoddimah
Kemajuan teknologi
adalah salah satu dari nikmat Allah Ta’ala. Hal-hal yang pada sepuluh tahun
yang lalu seakan-akan mustahil sekarang menjadi hal yang lumrah.
Sebagai seorang muslim yang ‘cerdas’ tidak akan salah dalam
menyikapi nikmat-nikmat yang Allah berikan. Dan Allah maha mengetahui, siapa
hamba yang bersyukur diantara sekian banyak manusia yang kufur (ingkar).
Bagaimana cara mengungkapkan rasa syukur kita kepada Allah
atas nikmat yang telah diberikan berupa alat komunikasi yang lazim disebut
telephone, handphone, comunikator atau semisalnya?! Caranya dengan menggunakan
dengan aturan syar’i, lantas bagaimanakah adab-adab Islam bagi pengguna
telephone? Ikuti uraian berikut. Allahul Muwaffiq.
Hati-hati
salah sambung
Sebelum menelephone periksa kebenaran nomor yang dituju,
jangan sampai hanya karena salah nomor, orang yang tidur jadi bangun,
mengganggu orang yang sakit dan sebagainya. Apabila udah terlanjur salah
sambung, bersegeralah meminta maaf, katakanlah: “Maaf salah sambung”.
Pilih
waktu yang tepat
Ingatlah bahwa orang lain juga memiliki kesibukan dan
kegiatan yang beragam. Perhatikanlah waktu yang sesuai. Jangan menghubungi pada
waktu istirahat, waktu makan dan sebagainya. Oleh karena itu syariat yang mulia
ini member batasan kepada para budak dan anak-anak yang belum baligh untuk
meminta izin pada tiga waktu. Allah berfirman: “Hai orang-orang yang
beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan
orang-orang yang belum baligh diantara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali
(dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat shubuh, ketika kamu menanggalkan
pakaian (luar)mu ditengah hari dan sesudah shalat Isya’. (Itulah) tiga aurat
bagi kamu… (Qs. An-Nur: 58)
Demikian pula syariat ini melarang mengetuk pintu pada malam
hari, atau tiba dari safar pada malam hari tanpa ada pemberitahuan ke keluarga.
Semua ini adalah bentuk penjagaan dan perhatian terhadap kondisi manusia agar
meminta izin dan menemui mereka pada waktu yang sesuai.
Saat
panggilan belum terjawab
Ketika kita menekan tombol panggilan, dan kita yakin bahwa
panggilan itu masuk dan terdengar tetapi belum ada jawaban, maka hendaklah kita
mencukupi dengan tiga panggilan saja. Hal ini serupa ketika kita meminta izin untuk bertamu, tidak
diperkenankan mengetuk pintu atau mengucapkan salam lebih dari tiga kali,
demikian pula halnya dengan telephone. Dalilnya
adalah hadits yang berbunyi; "Apabila salah seorang diantara
kalian meminta izin tiga kali dan tidak diizinkan, maka hendaklah ia kembali
pulang.” (HR. Bukhari 6245 dan Muslim 2153)
Jangan berlebihan dalam memanggil, karena bisa jadi suara
dering telephone yang berulang-ulang akan mengganggu orang. Berlaku lemah
lembutlah dalam meminta izin dan menghubungi. Ambilah contoh adab para sahabat
ketika mengetuk pintu rumah Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam ,
mereka mengetuknya dengan kuku mereka. (lihat Ash Shahihah no. 2092)
Memulai
dengan salam
Orang yang menghubungi lewat telephone ibarat orag yang
bertamu dan meminta izin masuk. Maka hendaklah ia memulai dengan ucapan “Asslamu’alaikum”.
Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki
rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan member salam kepada
penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat. (Qs.
An Nuur: 27)
Dalam sebuah hadits dikisahkan ada seorang yang meminta izin
kepada Nabi dan berkata:”Apakah saya boleh masuk?” Nabi berkata kepada
pelayannya: “Keluarlah dan temui orang ini, ajarkanlah dia adab meminta izin,
katakana padanya apabila meminta izin agar memulai dengan ucapan:’Assalamu’alaikum’,
apakah saya boleh masuk?’” Orang tadi akhirnya mendengar ucapan Nabi dan ia pun
berkata; “Assalamu’alaikum apakah saya boleh masuk?”Nabi akhirnya
mengizinkan dan mempersilahkan masuk.” (HR. Abu Dawud 5177 lihat Ash Shahihah
no. 818)
Perhatian
Ada beberapa perkara yang perlu diperhatikan ketika kita
telah memulai pembicaraan lewat telephone;
Pertama. Tinggalkan kata-kata “hallo, selamat pagi” dan
semisalnya.
Karena bagaimanapun juga memulai hubungan dengan ucapan
salam lebih barokah sesuai syar’i. adapun ucapan-ucapan “Selamat pagi,
hallo” tidak lain hanya akan menjadikan syiar Islam ini menjadi hilang dan
pudar serta beralih ke sesuatu yang lebih rendah. Allah berfirman: “…..Maukah
kamu mengambil suatu yang rendah sebagai pengganti yang baik…. (Qs. Al
Baqoroh : 61)
Kedua. Jangan mempermainkan penelephone.
Ada sebagian orang ketika dihubungi, mereka mengangkat
telephone tapi setelah itu diam seribu bahasa, entah maksudnya ingin mempermainkan
orang yang menghubungi dengan habisnya pulsa atau sekedar main-main. Perkara
ini perlu ditinggalkan karena termasuk kurang adab.
Ketiga. Perkenalkan identitas anda
Hal ini juga perlu diperhatikan, jangan sampai orang yang
kita hubungi bertanya: “Dengan siapa ini?” Tetapi kita malah menjawab: “Saya”, tanpa menyebutkan identitas. Perkara ini
pernah disinggung Nabi dalam haditsnya:
Jabir bin Abdullah berkata: “Aku meminta izin kepada
Nabi, lantas beliau bertanya: “Siapa ini?” aku pun menjawab: “Saya”. akhirnya
Nabi berkata: “Saya, saya!!” seolah-olah beliau membencinya.(HR. Bukhari
5896 dan Muslim 2155)
Hadits diatas member pelajaran kepada kita semua, apabila
kita ditanya oleh orang yang ingin kita temui hendaklah dijawab dengan
menyebutkan nama. Janganlah anda terlalu yakin bahwa anda pasti dikenal oleh
orang yang anda hubungi. Perhatikanlah perkara ini wahai saudaraku!!.
Lamanya
waktu berbicara
Lama pembicaran itu diukur dengan kebutuhannya. Hindari
berbicara tanpa ada kebutuhan, ngobrol yang tidak jelas ujungnya. Jangan
membuat orang dihubungi menjadi jenuh, bosan dan terasa berat. Hindari
pemborosan, jaganlah menghamburkan harta untuk sesuatu yang sia-sia. Allah
berfirman :
Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara
boros. Sesungguhnya para pemboros itu adalah saudara-saudara setan dan setan
itu adalah sangat ingkar kepada kepada Rabbnya. (Qs. Al Isro : 26-27)
Rendahkanlah
suara
Ini merupakan adab yang agung dalam berbicara dan
bercakap-cakap. Hendaklah suara kita tidak terlalu tinggi, berbicaralah
sewajarnya, dengan intonasi yang wajar, apalagi yang kita ajak bicara adalah
orang tua atau orang yang mempunya kedudukan. Yang penting suar kita terdengar
oleh lawan bicara. Boleh mengeraskan suara jika memang dibutuhkan, seperti apabila
jaringan telephone lemah hingga pembicaraan kurang jelas dan lain-lain, adapun
selebihnya berlaku lembut dan rendahkanlah suara anda. Allah berfirman: “Dan
sederhanakanlah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Qs. Luqman : 19)
Wanita
dan telephone
Apabila salah satu pembicara dalam telephone adalah seorang
wanita, maka hendaklah seorang wanita berbicara dengan nada yang wajar, jangan
direndahkan atau dibuat-buat lembut, lebih-lebih apabila yang menghubungi
adalah laki-laki ajnabi (bukan mahrom). Dalam hal ini Allah berfirman:
“Hai isteri-isteri Nabi, kamu sekalian tidaklah sama
seperti wanita yang lain, jika kamu bertaqwa. Maka janganlah kamu tunduk dalam
berbicara sehingga berkeinginannlah orang yang ada penyakit dalam hatinya, dan
ucapkanlah perkataan yang baik. (Qs. Al Ahzab : 32)
Larangan ayat ini ditujukan kepada isteri Nabi. Dan sudah
kita maklumi bahwa pada saat itu tidak mungkin ada yang berkeinginan terhadap
suara mereka. Maka bagaiamana dengan para wanita setelah mereka? Tentu larangan
ini lebih utama. Bertaqwalah kepada Allah wahai wanita muslimah, berbicaralah
dengan perkataam yang baik dan wajar, janganlah kamu berbicara kepada laki-laki
ajnabi (yang bukan anda) seperti anda
bebricara kepada suami atau mahrom!!.
Perhatian:
Berbicara tentang wainita dan telephone, ada beberapa
perkara yang perlu disinggung dalam kesempatan ini, diantaranya:
Pertama. Bicara seperlunya.
Perkara ini perlu diperhatikan. Janganlah seorang wanita
bebrbicara diluar batas kebutuhannya. Berbicaralah seperlunya, apalagi jika
lawan bicaranya adalah seorang laki-laki yang bukan mahromnya. Karena sifat
wanita adalah malu dan terjaga.
Kedua. Berawal dari salah sambung.
Mulanya dari sebuah panggilan salah sambung atau sms salah kirim,
akahirnya berlanjut ke pembicaraan yang mengarah kepada perkenalan, atau bahkan
mmenuju kemaksiatan! Hindari semua ini. Apabila anda memang bertujuan menikah,
maka seriuslah dan menghubungi orang tua atau walinya, jangan berlarut-larut
tanpa ada kejelasan, hanya ingin mencari dan maksiat.!!!
Ketiga. Jangan menjawab telephone ketika bangun tidur.
Para wanita ketika bangun
tidur atau sedang tidur namun memaksakan diri untuk bangun dan menjawab
telephone dengan suara sangat lirih.
Apabila yang
menghubungi seorang laki-laki tentu menimbulkan kesan yang menggida dan pikiran
yang bermacam-macam. Hindari hal ini wahai para wanita muslimah, jangan
menerima telephone keyika kondisi anda belum segar dan belum siap menjawab telephone.
Perhatikan
dengan siapa anda berbicara
Jagalah adab berbicara lewat telephone. Sesuaikan pembicaraan
dengan orang yang kita hubungi. Sesuaikan dengan usia, kedudukan sosialnya,
lebih-lebih kepada orang yang berilmu.
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Bukanlah termasuk golongan kami orang yang tidak
menghormati orang yang tua, tidak menyayangi yang muda dan tidak mengerti hak
ulama kami”. (HR. Ahmad 5/323, lihat Shahih Targhib 1/117)
Telephone
dan Musik
Musik merupakan perkara yang sudah jelas keharamannya dan
dien ini. Begitu banyak dalil-dalil yang menyatakan keharaman lagu dan music. Telephone,
atau yang lebih ngetren dewasa ini dengan adanya HP tidak luput dari musik. Bahkan
ada sebuah ponsel memberikan program music atau lagu kesayangan demi melariskan
produknya. Untuk itu, ada yang harus diperhatikan berkaitan dengan telephone
dan musik ini.
Pertama. Pilih nada dering yang standar, tidak music.
Apabila telephone atau HP anda termasuk kualitas canggih
dilengkapi berbagai musik, maka pilihlah nada dering---baik untuk panggilan
masuk atau sms---nada yang tidak music. Jauhilah music dalam kehidupan. Gantilah
dengan sesuatu yang syar’i. jika ternyata tidak ada pilihan lain selain music,
solusinya adalah jual HP anda dan carilah HP yang mempunyai pilihan nada dering
aman dari music.
Kedua. Hindari nada penggilan berupa music.
Sebagian para pengguna telephone ada yang memasang program music
untuk nada sambung. Sehingga ketika ada
yang menghubungi maka secara otomatis orang yang menghubungi akan mendengarkan
alunan music. Perkara ini pun jelas keharamannya, tingglkan hal itu, karena
bebrarti engkau telah menjerumuskan saudaramu dalam mendengarkan sesuatu yang
haram!!.
Ketiga. Panggilan dering dengan ayat al Qur’an atau lafadz
adzan
Sebagian ikhwan yang sudah mengethaui keharaman music,
mereka mengalihkan nada dering yag berupa music dengan ayat-ayat al Qur;an
berupa murottal dari seorang Qor’ yang terkenal atau berupa lafadz adzan. Hal ini
perlu ditinjau ulang, karena la Qur;an tidaklah diturunkan untuk memanggil
sebuah panggilan telephone. Al Qur’an diturunkan untuk ditadabburi dan difahami
maknanya. Allah berfirman:
“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu
penuh dengan barokah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya
mendapat pelajaran orang-orang yag mempunya pikiran. “ (Qs. Shood : 29)
Demikian pula dengan adzan. Adzan adalah lafadz syar’I untuk
pemberitahuan akan masuknya waktu shalat, bukan untuk panggilan masuk
telephone. Maka solusin terbaik tetap seperti yang kami katakana diatas. Apabila
tidak ada, carilah jenis ponsel yang menyajikan nada dering standar, tidak
bermusik.
Pinjam
telephone orang lain ?!
Usahakan semampu kita untuk tidak meminjam telephone orang
lain. Apabila anda terpaksa dan ada kebutuhan yang mendesak, maka janganlah
anda menggunakan telephone orang lain kecuali setelah izin dengan lembut dan
ramah. Jangan anda meminjam dari orang yang pelit atau yang dirinya merasa
keberatan kalau telephonenya dipinjam. Apabila dia telah mengizinkan
pergunakanlah seperlunya saja. Kemudian apabila engkau mengganti ongkos
pulsanya maka itu adalah perbuatan yang baik.
Ketika waktu
shalat tiba
Apabila tiba waktu shalat matikanlah HP anda. Hal ini
sebagai antisipasi jika ada yang menghubungi ditengah shalat. Karena suara
dering teleohoneselain akan mengurangi kekhusyu’an shalat, juga mengganggu
orang yang disekitar kita lebih-lebi bagi imam shalat. Perhatikanlah hal ini
wahai saudaraku!!!.
Merekam pembicaraan
Sebagian telephone atau HP ada yang dilengkapi fasilitas
rekaman. Diantara kemungkaran yang sering kita jumpai adalah merekam pembicaraan
lawan bicara tanpa izin. Ketahuilah wahai saudaraku! Merekam pembicaraan orang yang berbicara
tanpa izin adalah perbuatan dosa. Bentuk pengkhianatan. Sama saja pembicaraan
itu masalah agama atau yang lain, apalagi jika pembicaraannya adalah yang
rahasia. Apabila hasil rekaman ini disebarkan maka dosanya akan lebih berlipat.
Gunakan untuk
ketaatan
Telephone termasuk nikmat Allah. Maka pergunakanlah untuk
ketaatan, semisal menjalin silahturahmi kepada orang tua, kerabat atau orang
yang memutus hubungan. Pergunakanlah untuk ketaatan, jangan engkau kotori
nikmat ini untuk bermaksiat, semisal pacaran, mempermainkan orang, menipu atau
sekedar iseng mengganggu.
Peringatan. Awas penipuan lewat telephone
Banyak terjadi kasus penipuan lewat telephone di masyarakat.
Dengan iming-iming hadiah jutaan rupiah jika menang dalam undian misalnya. Waspadalah
penipuan model seperti ini wahai saudaraku, janganlah anda tergiur dengan
promosi yang omong kosong. Demikian pula dengan sms acuhkan segala sms yang
tidak jelas, walau pun dia memberi iming-iming pulsa dan hadiah!. Kepada para
penipu, kami nasehatkan, bertaubatlah anda kepada Allah sebelum maut
menjemputmu. Allah maha pemurah lagi maha pengampun.
Hp Kamera
Menggunakan ponsel kamera adalah sah-sah saja asalakan
sesuai syar’I, semisal untuk memotret keindahan alam atau gambar tida bernyawa.
Akan tetapi kita jumpai adalah sebaliknya, kebanyakan HP berkamera digunakan
untuk memotret makhluk bernyawa! Mereka memotret temannya sekedar untuk
kenang-kenangan, atau bahkan yang lebih parah memotret wanita untuk memuaskan
hawa nafsunya! Wal iyyadzubillah. Perkara ini jelas haram.
Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata,”Pendapat yang
mengatakan haramnya menggambar dengan kamera lebih berhati-hati. Dan pendapat
yang mengatakan bolehnya adalah lebih sesuai dengan kaidah. Akan tetapi
pemdapat yang membolehkan, disyaratkan apabila tidak mengandung perkara yang
haram. Apabila mengandung perkara yang haram seperti memotret wanita yang bukan
mahrom pemotret, atau memotret orang untuk kenang-kenangan atau disimpan dalam
album untuk dilihat dan dikenang, maka hal itu adalah haram. Karena mengambil
gambar,photo dan memanfaatkannya untuk perkara yag hina, atau rendah, adalah
haram menurut pendapat kebanyakan ahli ilmu, sebagaimana sunnah shohihah telah
menunjukkan akan hal itu. (Majmu’ Fatawa Wa Rasa’il Ibnu Utsaimin 2/265-266)
Akhiri
pembicaraan dengan salam
Apabila kebutuhan kita telah selesai maka segeralah akhiri
pembicaraan dengan ucapan salam. Hendaklah yang mengakhiri pembicaraan adalah
orang yang menghubungi, karena dia seperti orang yang bertamu dan meminta izin.
Apabila keluar hendaknya pamitan dan meminta izin,
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda:
“Apabila salah seorang diantara kalian mengunjungi
saudaranya dan duduk di sisinya, maka janganlah dia bangun hingga meminta izin
kepadanya.” (HR. Dailami 1205 lihat shahih al jami’ 583)
Inilah yang dapat kami kumpulkan tentang adab-adab islami
dalam menggunakan telephone. Semoga kita termasuk orang-orang yang berhias
dengan adab-adab diatas. Amiin. Allahu’alam.
Pekalongan Rabu, 5
Maret 2014
Ditulis oleh Abu Abdillah Al Atsari di majalah al Furqon
edisi 2 tahun 1428 H
Dibaca dan ditulis kembali oleh Saiful Abu Zuhri
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus