Jumat, 25 Oktober 2013

Tips Mencari Pekerjaan Sampingan



Kehidupan yang kompleks saat ini diperlukan sebuah ketrampilan lebih, apalagi kebutuhan hidup terus mendesak. Kerja kantoran atau mengandalkan gaji pegawai mungkin masih saja belum cukup, maka tidak sedikit diantara kita mencari penghasilan tambahan.

Mungkin Anda seorang pegawai dan belum mendapatkan penghasilan cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, salah satu alternatif terbaik adalah mencari pekerjaa sampingan. Bahkan banyak diantara saudara kita menikmati hasil dari kerja sampingan dengan penghasilan lebih besar dari gaji tetapnya menjadi karyawan.

Akan tetapi hal ini sangat diperlukan keahlian dan kedisiplinan dalam pengelolaannya agar tidak terjadi benturan antara pekerjaan utama dengan pekerjaan sampingan.

Nah, pembaca pengusahamuslim.com, berikut ini kami akan membagikan sedikit tips agar pekerjaan sampingan Anda berjalan lancer tanpa harus mengesampingkan pekerjaan pokok.

1.      Cermat dalam memilih.
Namanya juga pekerjaan sampingan, Anda harus cermat dalam memilihnya sesuai dengan ketrampilan. Jangan memaksakan apa-apa yang Anda tidak menguasainya, sehingga waktu dan tenaga terbuang sia-sia. Contoh sederhana, jika Anda seorang mahasiswa yang berbakat mengajar tanpa mengganggu tugas kuliah, Anda bisa mencobanya menjadi guru privat, atau mengajar paruh waktu di sekolah-sekolah.
2.      Lebih utama mencari pekerjaan sampingan sesuai dengan pekerjaan utama, kalau bisa sesuai dengan hobi Anda.
3.      Cari waktu fleksibel, hindari bentrok dengan pekerjaan Anda. Jangan sampai Anda terbengkalai dan mendapat warning dari atasan. Ahsan, jujur kepada bos mengenai profesi sampingan yang Anda jalani. Yakinkan bahwa pekerjaan ini tidak mengganggu tugas sehari-hari. Disinilah Anda dituntut profesionalitas dalam pekerjaan.
4.      Menikmati pekerjaan sampingan
Apa jadinya jika pekerjaan sampingan mengganggu aktivitas sehari-hari Anda dan menyita sebagian besar tugas pokok. Pekerjaan sampingan memang butuh pengorbanan itu harus berbanding lurus dengan hasil tanpa mengesampingkan tugas pokok dan privasi Anda.

Diambil dan ditulis kembali oleh Saiful Abu Zuhri dari web pengusahamuslim.com


Pekalongan, 19 September 2013

Rabu, 16 Oktober 2013

Menguap Pun Ada Adabnya



Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa agama Islam telah sempurna. Tidak hanya mengurusi perkara-perkara yang besar, perkara-perkara kecil yang terkadang ‘dilupakan’ oleh sebagian kaum muslimin pun diperhatikan oleh Islam. Bukan hanya permasalahan Negara, aakidah, dakwah, dan ibadah saja yang dijelaskan oleh agama ini, namun hal ‘kecil’ seperti menguap pun ada adabnya, ada tuntunannya, dan sudah sepatutnya seorang muslim menaruh perhatian dengannya.
Orang yang menerapkan hal ‘kecil’ tersebut berarti telah menghidupkan sunnah Nabi shalallahu’alaihi wa sallam. Dan Allah akan melimpahkan pahala bagi siapa saja yang menghidupkan dan mengamalkan tuntunan NabiNya shalallahu’alaihi wa sallam.

Allah Membenci Menguap
Dalam sebuah hadits riwayat Al Bukhari, Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Allah mencintai bersin dan membenci menguap. Maka bila (seorang) bersin lalu memuji Allah (mengucapkan Alhamdulillah, Pen) maka menjadi haq bagi setiap muslim yang mendengarnya untuk menjawabnya (dengan menguapkan, yarhamukallah, Pen). Sedangkan menguap berasal dari setan, maka tolaklah semaksimal mungkin. Bila (seseorang) mengeluarkan suara, ‘haa’, maka setan benar-benar menertawakannya.”
Dari suatu hadits yang mulia ini-demikian pula hadits-hadits yang lain-kita mengetahui beberapa adab mulia yang harus diperhatikan oleh orang yang menguap. Berikut beberapa adab tersebut. Allahu al-Muwaffiq.

Adab-Adab Ketika Menguap
1.      Anjuran Untuk Menolak Menguap
Hal ini sebagaimana dalam hadits yang telah kita sajikan diatas bahwa menguap adalah dari setan. Maka itu kita dianjurkan untuk menolaknya semaksimal mungkin. Di hadits lain riwayat Muslim, Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Menguap itu dari setan, maka bila seorang dari kalian menguap hendaklah ia menolaknya semaksimal mungkin.”
Imam Nawawi rahimahullah berkata,”Ini sebagai peringatan untuk menjauhi sebab-sebab meunculnya menguap, yaitu makan terlalu banyak atau berlebih-lebihan.”(syarah shahih Muslim oleh An Nawawi)
Menguap Ketika Shalat
Demikian pula bila dirasa menguap tersebut akan datang kepada seorang yang sedang mengerjakan ibdah shalat, maka hendaklah ia lebih ekstra lagi dalam menolaknya. Sebab kondisi shalat lebih utama untuk dijaga daripada kondisi-kondisi lainnya. Dalam hal ini Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Bila seorang dari kalian menguap dalam shalatnya, maka hendaklah ia menahannya semaksimal mungkin, sebab setan bisa masuk.” (HR. Muslim)
Setan akan masuk? Hal ini tidaklah aneh bagi mukmin yang beriman, sebab setan benar-benar bisa masuk ke tubuh manusia. Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya setan bisa berjalan pada (tubuh) manusia seperti mengalirnya darah. (HR. Bukhari-Muslim).
2.      Menutup Mulut dengan Tangan
Menutup mulut dengan tangan merupakan salah satu adab ketika menguap. Adapun diantara faedahnya: pertama, agar tidak terlihat pemandangan yang kurang sedap dari mulut orang yang menguap, kedua, agar setan tidak menertawakannya.
Dalam sebuah hadits riwayat Imam Muslim no. 2995, Nabi shalallahu’alaihi wa sallam bersabda: “Bila seorang dari kalian menguap, hendaklah ia menutup mulutnya dengan tangan, sebab setan bisa masuk.”
3.      Tidak Mengucapkan ‘haa’.
Sebagaimana telah dijelaskan pada hadits diatas. Suara seperti ini dapat membuat setan tertawa. Ia akan menertawakan orang yang menguap dengan cara seperti ini. Tentu saja kita tidak ingin membuat setan tertawa lantaran merasa senang, girang dan menang.
4.      Tidak Mengangkat Suara Ketika Menguap.
Mengangkat suara ketika menguap termasuk adab yang tidak baik, tidak enak di dengar, dan dapat membuat orang lari menjauh.
Sebagian orang terkadang mengadngkat suara ketika menguap untuk membuat orang lain tertawa, dan dia bangga melakukannya. Ketahuilah! Itu adalah perbuatan yang tidak baik. Justru malah setan yang akan menertawakan dirinya. Maka itu, hendaklah ia meninggalkan menuguap dengan cara seperti itu.

Catatan Penting
1.      Tidak ada doa atau bacaan khusus ketika menguap.
Sebagian orang ada yang mengucapkan ta’awwudz[1] (a’udzubillahi minasy syaithonir rojim; aku berlindung kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk) setiap kali menguap. Hal ini merupakan kesalahan yang dapat kita lihat dari beberapa sisi:
~        Hal ini adalah ucapan atau doa yang tidak ada contohnya dari Nabi shalallahu’alihi wa sallam dan para sahabat. Bila itu baik,niscaya mereka jauh-jauh hari sudah mendahului kita dalam mengamalkannya.
~        Mengamalkan suatu amalan dan meyakininya termasuk agama yang tidak ada contohnya merupakan bid’ah (perkara baru dalam agama). Dan bid’ah itu wajib dijauhi.
~        Orang yang membaca doa ini telah meninggalkan sunnag Nabi shalallahu’alaihi wa sallam ketika menguap, yakni perintah untuk menolaknya sekuat tenaga dan menutup mulut dengan tangan.
2.      Setahu kami, tidak ada satupun keterangan dari Nabi shalallahu’alaihi wa sallam tentang tata cara menutup mulut dengan tangan.
Sebagian orang mengatakan bahwa caranya adalah dengan punggung tangan, bukan tangan bagian dalam. Maka itu kita katakana,”Tunjukannlah bukti kebenaranmu jika kamu adalah orang-orang yang benar.” (Qs. Al Baqoroh: 111)
Hendaklah orang yang berkata demikian bisa menunjukkan dalil dari hadits Rasulullah shalalallahu’alaihi wa sallam atau atsar sahabat yang dapat dijadikan hujjah. Bila ada dalil yang shahih maka kami terima. Bila tidak, maka janganlah kita berkata dalam agama tanpa ilmu yang nyata.[2]
Demikianlah beberapa adab ringan seputar menguap. Semoga bermanfaat dan dapat diamalkan. Allahu al Muwaffiq wallahu ta’ala a’lam.

Refrensi Penting:
1.      Shahih al Bukhari
2.      Shahih Muslim
3.      Mausu’ah al Adab al Islamiyyah, Abdul Aziz Asy Syalhub (terjemahan Indonesia Ensiklopedi Adab Islam terbitan pustaka Imam Syafi’i.
4.      Kitab al adab, Fuad bin Abdul Aziz Asy Syalhub (terjemahan Indonesia kitab Adab terbitan pustaka Griya Ilmu)
5.      Manzhumah Ushul al Fiqh wa Qowa’idhuha, Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah, dll.


Ditulis oleh Ustadz Abu Musa al Atsari dari majalah Adz Dzakhirah vol 8 edisi 65 hlm. 43-46.
Ditulis kembali dan sedikit penambahan oleh Saiful Abu Zuhri.



Pekalongan, Jum’at 23 Agustus 2013 M ketika bangun dari tidur dan banyak menguap sekalian mengamalkan risalah ini.



[1] Dahulu ketika saya sekolah di madrasah ibtida’iyyah guru kami disana mengajarkan hal seperti ini padahal hal ini tidak ada contohnya/tuntunannya. Allahumusta’an.
[2] Mungkin disini ditinjau dari segi ilmu kedokteran. Allahu’alam.

Kunci Selamat Dari Adzab Kubur yang Dahsyat








Kehidupan di dunia yang amat singkat ini adalah merupakan bagian dari perjalanan manusia yang amat panjang.
Meninggal dunia adalah perkara yang pasti. Setelah itu dilanjutkan dengan tinggalnya seseorang di alam kubur sampai tegaknya hari kiamat.
Dalam kubur, terdapat suatu adzab yang tersendiri, di antaranya yaitu pukulan yang dahsyat, himpitan tanah sampai tulang rusuknya berselisih, panas yang memenuhi ruang kuburnya, dan lain-lain sebagaimana dijelaskan dalam hadits-hadits yang shahih.
Dalam masa penantian ini, tentu saja setiap orang menginginkan untuk selamat dari adzab yang ada dalam kuburnya. Semoga Allah melindungi kita semua dari adzab kubur.
Berikut ini adalah beberapa perkara yang dapat menyelamatkan seseorang dari adzab kubur, antara lain yaitu[1] :

1.      Membaca surat tabarak setiap malam.
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam :
Surat Tabarak adalah pelindung dari adzab kubur.” (Syaikh Albani berkata dalam Shahih al Jami’ush shaghir no. 3646,”Shahih”)
Dari Abdullah bin Mas’ud, beliau berkata: Barangsiapa yang membaca Tabarakalladzi Biyadihil Mulku setiap malam, maka Allah ta’ala akan menahannya disebabkan oleh bacaan tersebut dari adzab kubur. Kami pada masa Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam menamainya al-Mani’ah (penahan). Ia dalam kitabullah adalah sebuah surat yang barangsiapa yang membacanya dalam suatu malam, maka dia telah banyak dan berbuat baik. (shahih Targhib wa tarhib no. 1589, Syaikh Albani berkata,”Hasan”)
2.      Menjaga diri dari percikan air kencing.
Meninggalkan bersuci dari najis setelah buang air kecil dan tidak berhati-hati dengannya sehingga mengenai anggota badan atau pakaian adalah perkara terbanyak yang menyebabkan seseorang mendapatkan adzab kubur. Dalilnya adalah sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam:
“Kebanyakan adzab kubur itu adalah disebabkan oleh air kencing.” (Syaikh Albani berkata dalam Shahih Al Jami’ush shaghir no. 3971,”Shahih”)
Imam al Munawi berkata,”Maksudnya adalah bahwa kebanyakan adzab kubur itu adalah disebabkan oleh sikap meremehkan dalam menjaga dari air kencing.” (Faidhul Qadir syarh shahih Jami’ush Shaghir jilid 4 hlm. 299)
3.      Menajauhi perbuatan Namimah (mengadu domba).
Berlaku mengadu domba sesama manusia adalah termasuk sebab diadzabnya seseorang di alam kuburnya. Hal itu berdasarkan hadits berikut.
Dari Ibnu Abbas radiyallahu’anhu ia berkata: Nabi shalallahu’alahi wa sallam pernah melewati dua buah kuburan, lalu beliau bersabda,”Sesungguhnya keduanya sedang diadzab. Tidaklah keduanya diadzab disebabkan perkara yang (tampak) besar. Adapun salah satunya tidak bersuci ketika buang air kecil, sedangkan orang yang kedua adalah dahulunya berjalan dengan melakukan namimah (adu domba).” Kemudian beliau mengambil sebuah pelapa kurma yang masih basah, lalu beliau membelahnya menjadi dua bagian, lalu menancapkan pada masing-masing kuburan tersebut sebatang. Mereka (yaitu para sahabat) bertanya,”Wahai Rasulullah mengapa engaku melakukan hal itu?”. Beliau menjawab,”Semoga Adzab kubur itu diringankan atas keduanya selama kedua batang tersebut belum kering.” (HR. Bukhari no.218 dan Muslim no. 292)
4.      Meninggalkan perbuatan dan perkataan yang mengandung ghibah (menggunjing).
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam: “Sesungguhnya keduanya sedang diadzab, dan keduanya tidaklah diadzab disebabkan oleh perkara yang tampak besar, adapun salah satunya adalah diadzab disebabkan oleh air kencing, sedangkan yang kedua adalah diadzab disebabkan oleh ghibah.” (Syaikh Albani berkata dalam shahih Al Jami’ush shaghir no. 2441,”Shahih”).
Al Hafidzh Ibnu Rajab rahimahullah berkata,”Maksiat yang menyebabkan adzab pada hari kiamat ada dua macam, yaitu hak Allah dan hamba-hambaNya.
Perkara pertama yang diadili pada hari kiamat dari jenis hak-hak Allah adalah shalat[2], sedangkan dari jenis hak-hak hamba adalah masalah darah[3].
Adapun dialam barzakh, maka perkara yang diadili pertama kali adalah muqoddimah (pendahuluan) dari dua hak ini dan sarana-sarananya.
Jadi, muqoddimah shalat adalah bersuci dari hadats dan najis, sedangkan muqoddimah masalah darah adalah namimah (perbuatan mengadu domba) dan merendahkan kehormatan. Dua perkara ini adalah berupa gangguan yang paling ringan (dalam hal pelanggarannya), oleh karena itu perhitungan dan adzab di alam barzakh dimulai dengan keduanya.” (Ahwal al Qubur wa Ahliha an Nusyuur hlm. 89)
5.      Tidak berwasiat agar diadakan niyahah (ratapan) setelah meninggalnya.
Berwasiat kepada orang lain agar meratapi kematiannya adalah merupakan perbuatan yang diharamkan dan menyebabkan diadzabnya seseorang dalam kuburnya. Dalilnya adalah sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam:
Mayit (orang yang telah meninggal) itu diadzab di alam kuburnya disebabkan oleh ratapan atasnya.” (HR. Bukhari no. 1292 dan Muslim no. 927)
Imam al Baihaqi rahimahullah berkata,”Bab adzab kubur yang dikhawatirkan akan menimpa disebabkan oleh ratapan untuk mayit. Sebagian ahli ilmu berkata,”Hal itu apabila (orang yang meninggal dunia)  berwasiat agar diratapi setelah mati.” (Itsbaat adzab al Qobr, hal. 91)
6.      Selalu berada dalam keadaan suci ketika shalat
7.      Menolong orang yang terdzalimi
Kedua perkara ini (no.7 dan 8) berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam:
Ada seorang hamba diantara hamba-hamba Allah yang dipukul di kuburnya seratus cambukan. Ia terus menerus memohon dan berdoa agar pukulannya hanya satu kali saja, maka kuburnya pun menjadi penuh dengan api. Ketika telah diangkat dan tersadar, maka ia berkata,”Mengapa engkau memukulku?” Maka dijawab,”Sesungguhnya engkau pernah sholat sekali tanpa  bersuci dan engkau telah melewati orang yang terdzalimi, akan tetapi engkau tidak menolongnya.”(Shahih Targhib no. 2234, Syaikh Albani berkata,”Hasan Lighorihi”).
8.      Bersedekah.
Bersedekah adalah dapat menyelamatkan dari adzab kubur. Dalilnya adalah sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam:
Sesungguhnya sedekah itu benar-benar dapat memadamkan panasnya kubur dari orang yang menghuninya. Dan seorang mukmin itu hanyalah bernaung pada hari kiamat dibawah naungan sedekahnya.” (Ash Shahihah no. 3484)
9.      Amal-amal shalih seperti shalat, puasa, kebaikan, dan sebagainya.
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam:
Sesungguhnya mayat itu apabila diletakkan di dalam kuburnya, maka ia mendengar suara sandal-sandal mereka ketika mereka berpaling darinya. Apabila dia orang yang beriman, maka shalat itu berada disamping kepalanya, puasa berada disebelah kanannya, zakat berada disebelah kirinya, dan perbuatan baik seperti sedekah, shalat, perbuatan ma’ruf, perbuatan ihsan kepada manusia berada di kedua kakinya. Lalu didatangi dari arah kepalanya, maka shalat berkata,”Tidak ada jalan masuk dari arahku”. Lalu dating dari sebelah kanannya, maka puasa mengatakan,”Tidak ada jalan masuk dari arahku”. Kemudian didatangi dari sebelah kirinnya, maka zakat berkata,”Tidak ada jalan masuk dari arahku.” Lalu didatangi dari arah kedua kakinya, maka perbuatan baik yang berupa sedekah, shalat, perbuatan ma’ruf dan ihsan kepada manusia mengatakan,”Tidak ada jalan dari arahku.” Lalu dikatakan kepada orang tersebut,”Duduklah”……(Shahih Targhib no. 3561, Syaikh Albani berkata,”Hasan”).
10.  Membaca Al Qur’an.
11.  Berjalan menuju masjid.
Membaca al Qur’an dan melangkah menuju masjid untuk beribadah di dalamnya adalah perkara yang dapat menyelamatkan dari adzab kubur. Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam:
Seseorang didatangkan di dalam kuburnya. Apabila ia didatangi dari arah kepalanya, maka bacaan al Qur’an membelanya. Apabila didatangi dari arah kedua tangannya, maka sedekah membelanya. Apabila didatangi dari arah kedua kakinya, maka langkah orang itu ke masjid-masjid membelanya.” (Shahih Targhib no. 405, Syaikh Albani berkata,”Hasan”).
12.  Berlindung dari adzab kubur.
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam telah memerintahkan kepada umatnya agar berlindung dari adzab kubur. Perintah tersebut tidak hanya sekali, bahkan berulang-ulang dalam beberapa keadaan yang  ditemui seorang muslim setiap harinya. Diantaranya adalah:
    -  Setiap selesai tasyahud akhir
Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam:
Apabila salah seorang diantara kalian telah selesai dari bertasyahud akhir, maka mintalah perlindungan kepada Allah dari empat perkara: dari adzab Jahanam, dari adzab kubur, dari fitnah hidup dan mati, dan dari keburukan fitnahnya Dajjal al Masih. (HR. Muslim no. 558)
    - Pagi dan Petang
Ibnu Mas’ud radiyallahu’anhuma berkata,”Dahulu Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam berada pada waktu petang beliau membaca:
Kami berada pada waktu petang, sedangkan kekuasaan adalah kepunyaan Allah. Segala puji bagi Allah. Tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan hanya kepada Allah semata. Ya Allah aku memohon kebaikan malam ini dan berlindung dari keburukan mala mini dan keburukan apa-apa yang ada setelahnya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kemalasan, dan buruknya masa tua. Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari adzab di Neraka dan adzab di alam kubur.” (HR. Muslim no. 2723)

Demikianlah sebagian diantara perkara-perkara yang dapat menyelamatkan kita semua dari adzab kubur. Semoga Allah melindungi kita semua darinya. Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin.

-------------------------------------- ----------000----------------------------------------------------


Ditulis oleh Ustadz Muhtar Arifin Lc dalam majalah Adz Dzakhirah vol 8 edisi 65 hlm. 24-29
Ditulis kembali oleh Saiful ‘Abu Zuhri’ dengan sedikit tambahan dan perubahan.
Pekalongan, 19 Agustus 2013, dimalam hari yang sunyi.



[1] Pembahasan ini merujuk kepada: At Tadzkirah bi Ahwal al Mauta wa umuur al Akhiroh, karya Imam Qurthubi rahimahullah hlm. 392-405 dengan tahqiq Dr. Shaddiq bin Muhammad cet. Darul Minhaj Riyadh dll.
[2] Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam,“Sesunnguhnya amalan seorang hamba yang pertama kali dihisab ialah shalatnya. Maka jika baik (shalatnya), maka dia beruntung dan selamat. Dan jika rusak (shalatnya), sungguh dia rugi dan celaka. (HR. Tirmidzi 2/2269, lihat Ash shahihah no. 539)
[3]Hal ini juga berdasarkan sabda Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam,”Sesunggunya perkara pertama yang diadili diantara (hak) manusia adalah masalah darah. (HR. Bukhari, aku menuliskan hadits ini berdasarkan hafalanku dan tidak sombong makanya aku tidak mencantumkan penomoran haditsnya).

Kamis, 10 Oktober 2013

RIBA Dosa Pembawa Malapetaka







Tidaklah  berlebihan kalau kita katakana bahwa riba adalah dosa yang mengandung malapetaka, hal itu dikarenakan pelaku riba seperti lintah yang menghisab darah saudaranya. Islam menganjurkan untuk meringankan beban saudara seagama, akan tetapi pelaku riba memanfaatkan penderitaan saudaranya untuk menambah hartanya. Dan yang membikin murka Allah, para pelaku riba menamai riba dengan ‘bunga’, ya memang benar riba adalah bunga, tapi bunga yang beracun nan mematikan siapa yang mencium dan terpesona dengannya.
Dewasa ini, dosa riba telah mengakar kuat dan sudah mendarah daging di perekonomian kaum muslimin, hingga dianggap lumrah, biasa, dan pelakunya tidak merasa berdosa.
Maka berikut ini kami paparkan secara singkat tentang bahaya riba, sebagai nasihat bagi kita semua.
1.      Para pelaku riba akan mendapatkan laknat.
Dari Jabir radiyallahu’anhu berkata,”Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam melaknat pemakan riba, pemberinya, pencatatnya dan dua orang saksinya, beliau bersabda,”Mereka sama semuanya.” (HR. Muslim)
2.      Riba termasuk dosa besar yang membinasakan.
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Jauhilah tujuh perkara yang membinasakan.” Para sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, apakah tujuh perkara terebut?”
Nabi shalallahu’alaihi wa sallam menjawab,”Syirik kepada Allah, sihir, membunuh tanpa alas an yang dibenarkan, mamakan harta riba, memakan harta anak-anak yatim, lari dari medan perang, dan menuduh wanita baik-baik berbuat zina.” (Mutafaqun’alaih)
3.      Dosa riba yang paling ringan seperti seseorang yang menikahi ibunya sendiri.
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Riba itu memiliki 73 cabang, yang paling ringan (dosanya) seperti seseorang yang menikahi ibunya sendiri.” (shahih sunan Ibnu Majah 1845)
4.      Para pelaku riba akan mendapatkan sikasaan yang pedih setelah kematiannya dengan berenang di sungai darah dan dijejali mulutnya dengan beatuan.
Dalam hadits yang panjang diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam ditampakkan dalam mimpinya bahwa beliau diajak dua orang(malaikat), dan diperlihatkan perkara-perkara yang menakjubkan, beliau bersabda,”Kami bergegas berjalan sehingga kami sampai pada sungai darah yang ada di dalamnya ada orang laki-laki dan di tepi sungai ada lelaki yang berdiri serta di depannya ada bebatuan, kemudian orang yang berada di sungai menghadap dan berusaha untuk keluar dari sungai tersebut, maka orang yang di tepi sungai tadi melemparkan batu ke dalam mulutnya dan mengembalikannya seperti kondisi semula, maka aku berkata kepada keduanya,”Apa ini?” Dia (malaikat) menjawab,”Orang yang engkau lihat di sungai tadi adalah pemakan riba.” (HR. Bukhari 2085)
5.      Pelaku riba terancam denga siksaan api neraka jika tidak bertaubat.
Allah Ta’ala berfirman: ……” Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Maka orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu dia berhenti (dari mengambil riba), baginya telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Adapun yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” (Qs. Al Baqoroh : 275)
6.      Riba adalah warisan dari kaum yahudi yang diadzab.
Allah Ta’ala berfirman: “Dan disebabkan mereka (orang-orang Yahudi) memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda seseorang dengan jalan yang bathil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir diantara mereka itu siksa yang pedih.”(QS. Al Baqoroh : 161)[1]
7.      Orang yang makan harta riba nanti akan dibangkitkan pada hari kiamat seperti orang yang kesurupan jin.
Allah Ta’ala berfirman: “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan merek berkata (berpendapat),”Sesungguhnya jual beli itu sama riba,” padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.” (Qs. Al Baqoroh : 275)
8.      Allah akan menghapus keberkahan harta riba.
Allah Ta’al berfirman: “Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa.” (Qs. Al Baqoroh : 276)
Dari Ibnu Mas’ud radiyallahu’anhuma bahwasanya Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Meskipun harta riba itu banyak tetapi akhirnya sedikit (karena hilang berkahnya).” (HR. Ahmad dalam Al Musnad 1/395)
9.      Allah dan RasulNya menyatakan perang kepada pelaku riba.
Allah Ta’ala berfirman: “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan tinggalkanlah sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan RasulNya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (Qs. Al Baqoroh 278-279)[2]
10.  Memakan harta riba akan mendatangkan turunnya adzab dan kehancuran.
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Jika telah tampak zina dan riba pada suatu kaum, maka sungguh penduduknya menghalalkan adzab Allah turun atas mereka.” (HR. At Thabrani dalam Al kabir dishahihkan oleh Albani dalam shahih al jami’ 1859)[3]
11.  Allah akan menjadikan pelaku riba selalu dalam kekurangan.
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Tidaklah seseorang membiasakan (memakan) riba kecuali Allah akan membalasnya dengan kekurangan.” (HR. Ibnu Majah 2279 dishahihkan oleh Albani dalam shahih al Jami 5518)[4]
12.  Allah tidak akan menerima sedekah yang dihasilkan dari hasil uang riba.
Uang yang dihasilkan dari riba adalah uang kotor yang Allah tidak meridhoinya, maka bagaimana mungkin Allah Ta’ala menerima sedekah seorang hamba dari hasil sesuatu yang dimurkaiNya.
Allah Ta’ala berfirman: “Sesungguhnya Allah hanya menerima dari orang-orang yang bertaqwa.” (Qs. Al Maidah : 27)
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,”Sesungguhnya Allah itu baik dan Allah tidak menerima kecuali sesuatu yang baik.” (HR. Muslim)
13.  Tertolaknya doa para pelaku riba.
Dinukil dari sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim sebagai berikut:
“Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam menyebutkan seorang laki-laki yang bepergian jauh, rambutnya acak-acakan, pakaiannya kusut berdebu. Dia mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berkata,”Ya Rabbi, Ya Rabbi.” Akan tetapi makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, dan dia dikenyangkan dari makanan yang haram, maka bagaiman doanya dikabulkan?” (HR. Muslim)

Saudaraku seiman, demikianlah kami paparkan tentang bahaya riba yang sebenarnya masih banyak yang belum disampaikan, akan tetapi orang yang beriman cukup baginya satu dalil atau dua dalil. Berbeda halnya dengan orang yang ingkar, dia berat menerima syariat, meskipun dibacakan sejuta dalil dengan detil.



[1] Pemakan riba termasuk tasyabuh kepada orang-orang yahudi
[2] Tidak ada perbuatan maksiat yang diancam pelakunya akan diperangi oleh Allah dan RasulNya kecuali riba ini karena dia termasuk kedzaliman kepada manusia yang sangat besar. Allahu’alam.
[3] Saya mendapati masyarakat disekitar tempat tinggalku banyak orang yang melakukan prkatik riba, mereka menghutangkan barang haram seperti rokok kepada penghutang untuk dijual dan jumlah pengembaliannya lebih besar dari pokok uang yang dipinjam dari hasil penjualan rokok itu. Allahu musta’an.
[4] Saya melihat ada seorang yang tinggal di daerah saya yang kerjanya Cuma menghutangkan uang kepada orang kemudian dia memakan bunga dari hasilnya, akan tetapi kehidupannya meskipun kelihatan kaya saya yakin pasti akan kekurangan karena harta riba adalah harta yang kotor yang dimurkai oleh Allah dan RasulNya dan termasuk dosa besar yang membinasakan.